Tempat Ziarah di Cirebon, Makam Syarif Hidayatullah hingga Petilasan Sunan Kalijaga

1. Makam Sunan Gunung Jati
Makam Sunan Gunung Jati terletak di Jalan Alun-Alun Ciledug Nomor 53, Desa Astana, Kecamatan Gunungjati, Kabupaten Cirebon. Makam ini berada di sebuah bukit kecil yang dikenal dengan nama Gunung Sembung. Kompleks permakaman ini terletak jalur yang menghubungkan Kabupaten Cirebon-Indramayu.
Desain bangunan kompleks makam ini akulturasi antara budaya Jawa, Arab, dan China. Terdapat 9 pintu gerbang yang harus dilalui untuk bisa sampai ke makam dan terdapat 7 anak tangga di setiap pintu.
Makam ini merupakan objek wisata ziarah yang selalu ramai dikunjungi wisatawan dari berbagai daerah di Indonesia, bahkan luar negeri.
Para peziarah datang karena Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah merupakan satu dari 9 wali di Pulau Jawa. Sunan Gunung Jati berhasil mengislamkan Jawa Barat.
2. Masjid Agung Sang Cipta Rasa
Masjid Agung Sang Cipta Rasa terletak di sebelah utara Karaton Kasepuhan. Masjid ini tertua di Cirebon, dibangun pada 1840. Konon masjid ini dibangun dengan melibatkan 500 orang dari Majapahit, Demak, dan Cirebon.
Sunan Gunung Jati yang merencanakan pembangungan masjid ini menunjuk Sunan Kalijaga sebagai arsitek.
3. Masjid Merah Panjunan
Masjid Merah Panjunan berada di di Jalan Pengobongan Nomor 43, Kelurahan Panjunan, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon. Masjid yang didirikan oleh Sunan Gunung Jati sekitar tahun 1480 ini mempunyai nilai sejarah tinggi. Konon, Masjid Merah Panjunan menjadi lokasi pengesahan beberapa wali di Pulau Jawa.
Masjid yang bernama asli Al Athyah ini memiliki ciri khas warna merah karena dindingnya terbuat dari batu bata merah. Masjid ini disangga oleh 17 tiang. Uniknya pintu masuk ruang utama masjid dibuat pendek dengan tujuan mengajarkan umat Islam tunduk dan patuh kepada Sang Pencipta.
Selain warna merah, Al Athyah disebut Masjid Merah Panjunan karena berkaitan erat dengan pemindahan lokasi salat jumat dari masjid ini menuju Masjid Agung Sang Cipta Rasa.
4. Tajug Agung Pangeran Kejaksan
Tajug Agung Pangeran Kejaksan berlokasi di Kecamatan Kejaksan, Kota Cirebon. Masjid ini dibangun pada 1480-an oleh Pangeran Kejaksan yang merupakan kakak ipar dari Sunan Gunung Jati. Tajug Agung Pangeran Kejaksan termasuk sebagai salah satu bangunan cagar budaya di Cirebon.
Karena itu, Tajung Agung Pangeran Kejaksan dijaga dengan baik oleh Pemkot Cirebon. Bangunan Tajug Agung Pangeran Kejaksan dengan arsitektur asli masih terjaga dengan baik. Mimbar, tiang penopang, hiasan piring, dan sumur yang masih utuh. Pemugaran hanya dilakukan di bagian dinding agar lebih kokoh.
5 Tajug Pejlagrahan
Tajug Pejlagrahan berlokasi di belakang Keraton Pakungwati, kini Keraton Kasepuhan, Kampung Sitimulya, Kesepuhan, Lemahwungkuk, Kota Cirebon. Masjid ini berdiri sejak 1452. Tajug Pejlagrahan tak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi juga tempat pertemuan warga atau sekretariat kuwu (kepala desa).
6. Petilasan Sunan Kalijaga
Petilasan Sunan Kalijaga berada di Jalan Bhakti Abri, Kalijaga, Kecamatan Harjamukti, Kota Cirebon. Petilasan ini dipercaya sebagai Sunan Kalijaga tinggal dan beribadah selama berkunjung ke Cirebon.
Sunan Kalijaga menghabiskan waktu yang cukup lama di sini saat proses pembangunan Masjid Agung Sang Cipta Rasa. Sebab, Sunan Kalijaga ditunjuk sebagai arstitek masjid tersebut.
7. Makam Putri Ong Tien
Makam Putri Lie Ong Tien berada dalam kompleks makam Sunan Gunung Jati yang berlokasi di Jalan Alun-Alun Ciledug, Kelurahan Astana, Kecamatan Gunungjati, Kabupaten Cirebon. Putri Lie Ong Tien adalah putri dari Kaisar Hong Gie, penguasa Dinasti Ming. Lie Ong Tien diperistri oleh Sunan Gunung Jati.
Kedekatan hubungan antara Sunan Gunung Jati dan Putri Ong Tien membuat akulturasi budaya pribumi dan China di Cirebon sangat kental. Makam Ong Tien cukup ramai didatangi peziarah saat menjelang perayaan Tahun Baru Imlek.
8. Kelenteng Talang
Kelenteng Talang berada di Jalan Talang Nomor 2, Kelurahan, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon. Tempat ibadah umat Konghucu ini berdiri sejak 1450. Pada awal pendiriannya, kelenteng ini difungsikan sebagai lokasi ibadah umat Islam asal China yang menganut mazhab Hanafi. Seiring meningkatnya populasi warga Tionghoa, tempat ini beralih menjadi tempat ibadah penganut Konghucu.
Editor: Agus Warsudi