Tekan BOR di RS, Ridwan Kamil Sulap Hotel Asrilia Jadi Pusat Pemulihan Pasien Covid Bandung Raya
BANDUNG, iNews.id - Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menyulap Hotel Asrilia, Jalan Pelajar Pejuang 45, Kelurahan Turangga, Kecamatan Lengkong, Kota Bandung, menjadi pusat pemulihan pasien Covid-19 di Bandung Raya. Langkah itu dilakukan untuk menekan angka keterisian tempat tidur atau bed occupancy ratio (BOR) di rumah sakit rujukan.
Gubernur yang akrab disapa Kang Emil ini mengatakan, Pemda Provinsi Jabar mulai memfungsikan hotel sebagai tempat pemulihan pasien Covid-19 yang telah melewati masa kritis. Tujuannya agar angka BOR RS Covid-19 dapat ditekan.
Alih fungsi Hotel Asrilia menjadi pusat pemulihan pasien Covid-19, kata Kang Emil, merupakan kebijakan Pemda Provinsi Jabar dalam pengendalian Covid-19 di level hilir.
"Ini adalah pengendalian di hilir dari Covid-19 di Jabar, yaitu menyediakan ruang pemulihan Covid-19. Untuk mengurangi keterisian rumah sakit, kami memindahkan pasien yang statusnya hijau (sudah bergejala ringan setelah dirawat di rumah sakit)," kata Kang Emil di Hotel Asrilia, Senin (28/6/2021).
"Sehingga (pasien) yang terpindahkan tempat pemulihannya, tempat tidur (RS) bisa diisi oleh pasien lain yang berstatus kuning atau merah (gejala sedang dan berat). Kebijakan ini juga akan diberlakukan di Jabar, di wilayah Bekasi, Purwakarta yang sudah melaporkan gedung pemulihan Covid-19," ujar Gubernur Jabar.
Kang Emil menuturkan, Hotel Asrilia menjadi tempat pemulihan rujukan bagi pasien pindahan dari 59 RS rujukan Covid-19 di kawasan Bandng Raya. Kehadiran fasilitas ini diharapkan dapat mengurangi beban tenaga kesehatan di RS menyusul lonjakan pasien Covid-19.
Saat ini, tutur Kang Emil, Hotel Asrilia telah diisi oleh 46 pasien Covid-19 yang tengah menjalani masa pemulihan pindahan dari rumah sakit. Hotel Asrilia, mampu menampung 500 pasien. Kebijakan ini sangat penting dalam masa transisi manajemen pemulihan, terutama mengurangi BOR RS.
Meski begitu, Kang Emil menuturkan, alih fungsi hotel tersebut untuk sementara diperuntukan bagi pasien, bukan untuk sebagai tempat isolasi mandiri untuk menghindari potensi komplikasi karena perbedaan gejala klinis antara pasien dengan warga yang menjalani isolasi mandiri.
"Asrilia ini untuk mengurangi BOR rumah sakit, bukan ditawarkan kepada mereka yang harus isolasi mandiri. Tapi kalau ada kebutuhan itu, itu akan kami pikirkan. Tapi sementara tidak di tempat ini. Saya memahami bahwa tidak semua rumah memadai untuk isolasi mandiri. Jadi kami pikirkan," tutur Kang Emil.
"Di hulu, sudah kami lakukan agar jangan dikit-dikit ke RS. Kalau gejalanya ringan atau sedang, dirawatnya di ruang isolasi di desa yang sudah menggunakan dana desa 8 persen untuk ruang isolasi posko dan lain-lain," ucap Gubernur Jabar.
Editor: Agus Warsudi