Tak Punya TWA, Kota Cimahi Kembangkan Konsep Wisata Edukasi dan Sejarah
CIMAHI, iNews.id - Pengembangan wisata di Kota Cimahi lebih difokuskan ke konsep edukasi dan sejarah. Konsep ini menjadi pembeda dengan wisata di daerah lain yang sebagian besar lebih kepada wisata alam dan hiburan.
Kepala Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga (Disbudparpora) Kota Cimahi Budi Raharja mengatakan, lahan di Kota Cimahi cukup terbatas dan tidak banyak memiliki wisata alam terbuka. Sehingga pengembangannya lebih kepada wisata edukasi dan sejarah.
"Wisata di Cimahi lebih kepada edukasi karena dibangun di kawasan konservasi alam. Nantinya akan dibangun shelter, tempat kemah, seni budaya, dan kegiatan pemberdayaan masyarakat lainnya," kata Kadisbudparpora Cimahi, Selasa (15/3/2022).
Sejumlah tempat wisata juga berada di kawasan Bandung Utara (KBU), sehingga bangunan yang berdiri tidak lebih dari 20% luas lahan dan bangunannya tidak permanen. Wisata yang ditawarkan nantinya akan menyasar anak sekolah, mahasiswa dan keluarga.
"Mereka akan ditawarkan wisata minat khusus mengenai keanekaragaman hayati, pohon bambu yang banyak tumbuh di sana, kehidupan masyarakatnya termasuk melihat pengolahan susu, seni budaya, serta menyaksikan atraksi para seniman yang ditampilkan di teater terbuka," ujar Budi Raharja.
Sementara itu, Kabid Tata Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Cimahi Amy Pringgo menyebutkan, dalam pengembangan wisata taman kehati di Cipageran, Kecamatan Cimahi Utara, pihaknya berkolaborasi dengan berbagai pihak. Seperti Satgas Citarum Harum Sektor 21, Disbudpar, Dispangtan, dan jika memungkinkan akan mengajak Dinas Pertamanan.
Amy Pringgo berharap objek wisata Taman Kehati yang terbangun bisa multi sektor. Ada unsur ekologis, fungsi wisata, dan fungsi edukasi juga karena berkolaborasi dengan Dinas Pendidikan.
Ditargetkan tahun ini pembangunannya beres karena sesuai instruksi gubernur bahwa setiap kabupaten/kota di Jabar minimal harus mempunyai satu taman kehati di tahun 2023.
"Itu jadi tantangan, kalau melihat dari sumber daya mungkin punya keterbatasan. Tapi kita kan berkolaborasi dengan berbagai pihak," ujar Amy Pringgo.
Editor: Agus Warsudi