Sisindiran Sunda, Komunikasi Verbal Unik dengan Pesan Penuh Makna
BANDUNG, iNews.id - Sisindiran Sunda merupakan bentuk puisi terikat tradisional. Puisi Sunda kiasan diberikan oleh kombinasi kata yang menyinggung nyata makna oleh asosiasi suara. '
Sisindiran Sunda biasanya disajikan dalam bentuk nyanyian. Kata sisindiran berasal dari kata sindir yang berarti ucapan yang disampaikan dalam makna konotasi.
Dalam sastra Sunda sisindiran termasuk wangun ugeran (puisi). Sisindiran dalam susunannya memiliki cangkang dan isi. Dilihat dari susunannya, sisindiran dibagi menjadi tiga golongan, yaitu rarakitan, paparikan dan wawangsalan.
Kata rarakitan mengandung arti seperti rakit atau berpasangan (sarakit = sepasang). Disebut rarakitan karena kata pada awal baris bagian sampiran diulangi atau dipergunakan lagi pada awal baris di bagian isi.
Contoh paparikan sebagai berikut:
Sapanjang jalan Soréang (Sepanjang jalan soreang)
Moal weléh diaspalan (Tak akan diaspal)
Sapanjang tacan kasorang (Sepanjang belum terklasna)
Moal weléh diakalan (Akan terus diakali)
Paparikan adalah salah satu jenis dari puisi yang disebut sisindiran Sunda. Puisi ini dibangun oleh cangkang yang tidak mengandung arti, yang diikuti oleh isi yaitu arti sesungguhnya. Hubungan antara cangkang dan arti sesungguhnya ditunjukkan dengan hubungan struktural suara dan pola. Jika pola suara dari cangkang dan isi sejajar maka sisindiran ini disebut paparikan.
Contoh paparikan sebagai berikut:
Sok hayang nyaba ka Bandung (Ingin saya ingin ke Bandung)
Hayang nyaho pabrik kina (Ingin tahu pabrik kina)
Sok hayang nanya nu pundung (saya ingin menanyai yang merajuk)
Hayang nyaho mimitina (Ingin tahu apa penyebabnya)
Kudu daek nginum jamu (Harus mau minum jamu)
Nu guna nguatkeun urat (Yang berguna menguatkan urat)
Kudu daek neangan elmu (Harus mau mencari ilmu)
Nu guna dunya aherat (Yang berguna dunia akhirat)
Meuncit meri dina rakit (Semebelih bebek di rakit)
Boboko wadah bakatul (Bakul tempat bakatul)
Lain nyeri ku panyakit (bukan sakit oleh penyakit
Kabogoh direbut batur (Pacar direbut orang lain)
Sisindiran Sunda jenis ini selintas seperti tatarucingan atau tebak-tebakan. Wangsal dari teka-teki baris pertama harus ditemukan dalam paris kedua. Yang dijadikan wangsalna tidak disebutkan secara langsung, tetapi disembunyikan dalam kata yang murwakanti (sama bunyi suku katanya).
Contoh wawangsalan sebagai berikut:
Kanggo pameget netepan (Untuk laki-laki salat)
Mésérna sanés ti warung ( Belinya bukan dari warung)
Artinya: Sarung
Kota nu usum hujan (Kota musim hujan)
Jadi jalma ulah bangor (Jadi manusia jangan bandel)
Artinya: Bogor
Pamingpin di kecamatan (Pemimpin di kecamatan)
Ka guru mah kudu hormat (Kepada guru haru hormat)
Artinya: Camat
Itulah sisindiran Sunda sebagai salah satu karya sastra yang bekembang di Tatar Pasundan.
Editor: Asep Supiandi