Pilu, Anak 10 Tahun di Wanaraja Garut Idap Atresia Ani Sejak Lahir
GARUT, iNews.id - Seorang anak berusia 10 tahun di Kabupaten Garut berinisial KA mengalami kelainan tidak memiliki anus atau Atresia Ani. Kelainan tersebut dialami putri kedua pasangan Ahmad Herdiansyah (39) dan Kiki Rizkia (36), sejak lahir.
Kondisi Atresia Ani tergolong langka, karena hanya terjadi pada 1 dari 5.000 kelahiran. Akibatnya, KA yang kini tinggal di Kampung Pakemitan, Desa Wanajaya, Kecamatan Wanaraja, ini harus menggunakan kantong kolostomi sejak dilahirkan sebagai penampung kotoran dari perutnya.
Kiki Rizkia menuturkan, dia dan suaminya sempat tak menyadari kelainan putrinya itu. Sebab sewaktu melahirkan KA, kondisi fisik luar tampak normal meski jantungnya sempat memiliki masalah.
Bahkan suasana bahagia keluarga mereka berlangsung selama beberapa hari setelahnya. "Pada awalnya kami tidak menyadari kondisi kelainan yang dialami Kanya. Hingga 11 hari pasca melahirkan kami tak mengetahui jika sebenarnya Kanya tak memiliki anus," kata Kiki Rizkia, Jumat (3/2/2023).
Dia dan suaminya kala itu sempat curiga bahwa hal tak biasa terjadi, yakni setelah berhari-hari KA yang masih bayi tak membuang kotorannya. Suhu badannya saat itu sempat panas dan tak mau meminum ASI.
"Perutnya menjadi keras. Waktu itu saya panggil ke rumah seseorang yang biasa membantu memandikan bayi dengan harapan bisa mengobatinya secara tradisional," ujarnya.
Namun saat diperiksa, tutur Kiki Rizkia, baru diketahui KA tak memiliki anus. "Dari situ kami menyadari bahwa anak kedua kami ini tak memiliki anus sejak lahir," tutur Kiki Rizkia.
Saat itu, mereka mencoba untuk membawa KA berobat ke salah satu rumah sakit di Cirebon. Cirebon sengaja dipilih karena Kiki Rizkia memiliki keluarga besar di kota tersebut.
"Kami berniat mengobati Kanya dengan melakukan operasi di rumah sakit. Akan tetapi karena Kanya memiliki masalah pada jantungnya, operasi tidak bisa dilakukan," ucap dia.
"Dokter spesialis akhirnya hanya membuatkan jalur pembuangan kotoran dari perut sebelah kiri, yang disambungkan dengan kantong kostolomi," ujar Kiki Rizkia.
Kantong kostolomi ini pun masih digunakan hingga kini, karena KA belum menjalani operasi pembuatan anus. Dia menjelaskan, puterinya ini menjalani keseharian layaknya anak-anak lain seperti biasa.
Namun dia membatasi beberapa aktivitas agar KA tak terlalu capek akibat kelainan yang dideritanya. "Seperti biasa kanya sekolah, belajar agama, main sama anak lainnya. Sekarang sudah bersekolah di SD," katanya.
Upaya untuk melanjutkan operasi pembuatan anus bagi KA pun terhambat kondisi ekonomi keluarga mereka. Menurut Kiki Rizkia, keuangan keluarganya menurun sejak pandemi Covid-19.
Kiki yang sebelumnya memiliki karir dan pekerjaan, terpaksa diberhentikan karena perusahaan tempat ia bekerja melakukan kebijakan efisiensi. Hal yang sama terjadi pada usaha suaminya yang merupakan seorang wirausahawan.
"Semua aset kami seperti rumah sebelum tinggal di sini dijual untuk membiayai pengobatan KA. Hingga pada akhirnya kami menunggak tak bisa membayar BPJS mandiri keluarga. Untuk berobat kami kesulitan, karena tunggakan BPJS saja mencapai Rp10 juta," ucapnya.
Untuk keperluan sehari-hari, Kiki Rizkia yang dibantu suaminya membuat aneka kue basah untuk dijual di pasar tradisional. Dia berharap pemerintah dapat membantu meringankan kondisi mereka dalam mengobati Kanya Anggraeni.
Sementara itu, Kepala Desa Wanajaya Iip Firman Nurdin, menyatakan pihaknya akan membantu keluarga KA semaksimal mungkin. Pihak pemerintah desa, lanjut Iip Firman Nurdin, akan mencoba menyelesaikan tunggakan BPJS Kesehatan keluarga KA sebesar Rp10 juta terlebih dahulu.
"Kami akan berusaha semaksimal mungkin agar proses pengobatan Kanya bisa berjalan, pertama mencari solusi untuk tunggakan BPJS nya dulu," kata Iip Firman Nurdin.
Kades Wanajaya ini menambahkan, dirinya akan menggandeng sejumlah unsur di Kecamatan Wanaraja, termasuk pihak sekolah dan koordinator wilayah (Korwil) untuk membantu mencarikan solusi agar pengobatan KA dapat kembali dilakukan.
"Semua akan mendukung keluarga untuk pemulihan Kanya kedepannya, agar proses operasi bisa kembali dilanjutkan. Semua akan terus mendampingi baik itu saat pengobatan ke rumah sakit maupun proses operasinya," ujar dia.
Editor: Agus Warsudi