Peringatan 1 Tahun Gempa Cianjur, Pagelaran Mamaos Cianjuran Lintas Generasi Pukau Ratusan Penonton
                
            
                
                                    “Sempalan mamaos nu nembe dihaleuangkeun ku simkuring mangrupi gambaran kumaha kaayaan mamaos tembang sunda Cianjuran di Cianjur kiwari lir tangkal nu ngarangrangan, lawas taya pucukan, daunna nungtut muguran, tetebiheun karembangan, pimelangen pisan. (Sebagian bait lagu yang barusan saya nyanyikan merupakan gambaran bagaimana keadaan Mamaos Tembang Sunda Cianjuran di Cianjur saat ini ibarat pohon yang meranggas, sudah lama tak bertunas, daunnya berjatuhan),” kata Dhika Dzikriawan, penembang generasi baru Mamaos Cainjuran yang juga ketua panitia acara.
Dalam acara itu, Dika melantunkan tembang berjudul Melang di awal sambutan. Penonton tergiring suasana syahdu. Terlebih pencahayaan ruangan yang ditata oleh Kiai Kodrat Taryana, dalang kondang Cianjur dari Putra Giriloka, diredupkan.
                                    "Padahal upami urang uninga ieu seni warisan karuhun khas Cianjur teh parantos diistren minangka warisan budaya tak benda Indonesia taun 2015 ku Kemdikbud RI (Padahal seperti kita ketahui, seni warisan leluhur khas Cianjur ini telah ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda Indonesia pada tahun 2015 oleh Kemendikbud RI),” ujar Dika, alumnus Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta itu.
Mamaos Cianjur, tutur Dika, telah didukung oleh regulasi mapan, Perda Nomor 10 Tahun 2020 dan Peraturan Bupati Nomor 18 Tahun 2021. Sehingga, sudah semestinya Mamaos Cianjuran mendapat tempat terhormat untuk bisa terus dikembangkan.
                                    “Pelestarian Mamaos Cianjuran adalah tanggung jawab kita semua seluruh masyarakat Cainjur, bukan semata tanggung jawab pemerintah, komunitas atau masyarakat tembang Sunda. Cianjuran,” tutur Direktur Program dan Pengembangan SDM Yayasan Kebudayaan Lokatmala Indonesia itu.
Editor: Agus Warsudi