Peringatan 1 Tahun Gempa Cianjur, Pagelaran Mamaos Cianjuran Lintas Generasi Pukau Ratusan Penonton
CIANJUR, iNews.id - Pagelaran Mamaos Cianjuran dengan menampilkan penembang lintas generasi dalam satu panggung memukau ratusan penonton. Pagelaran itu digelar untuk memperingati 1 Tahun Gempa Cianjur.
Acara yang berlangsung di Gedung Dewan Kesenian Cainjur (DKC) Jalan Suroso, Cianjur, Selasa (28/11/2023) lalu itu dihadiri ratusan penonton dari berbagai kalangan, termasuk generasi Zilenial atau gen Z.
Peringatan satu tahun gempa Cianjur oleh para pelestari seni Mamaos Cianjuran lintas generasi ini didukung oleh Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah IX Provinsi Jawa Barat, Kemdikbudristek, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Cianjur, Yayasan Wira Budaya, dan Yayasan Kebudayaan Lokatmala Indonesia atau Lokatmala Foundation.
Penampilan Mamaos Cianjuran di Gedung DKC dalam rangka refleksi satu tahun bencana gempa bumi Cianjur itu menampilkan 31 praktisi Mamaos Cianjuran pituin atau asli Cianjur. Terdiri dari 14 penembang generasi bihari (terdahulu), 10 penembang generasi kiwari (saat ini) dan 7 penembang generasi baring supagi (mendatang) dari kalangan anak-anak dan remaja.
Panitia menempatkan para pelajar berada di deretan penonton paling depan. Sehingga bisa lebih jelas menikmati bait demi bait tembang syahdu tersebut.
“Sempalan mamaos nu nembe dihaleuangkeun ku simkuring mangrupi gambaran kumaha kaayaan mamaos tembang sunda Cianjuran di Cianjur kiwari lir tangkal nu ngarangrangan, lawas taya pucukan, daunna nungtut muguran, tetebiheun karembangan, pimelangen pisan. (Sebagian bait lagu yang barusan saya nyanyikan merupakan gambaran bagaimana keadaan Mamaos Tembang Sunda Cianjuran di Cianjur saat ini ibarat pohon yang meranggas, sudah lama tak bertunas, daunnya berjatuhan),” kata Dhika Dzikriawan, penembang generasi baru Mamaos Cainjuran yang juga ketua panitia acara.
Dalam acara itu, Dika melantunkan tembang berjudul Melang di awal sambutan. Penonton tergiring suasana syahdu. Terlebih pencahayaan ruangan yang ditata oleh Kiai Kodrat Taryana, dalang kondang Cianjur dari Putra Giriloka, diredupkan.
"Padahal upami urang uninga ieu seni warisan karuhun khas Cianjur teh parantos diistren minangka warisan budaya tak benda Indonesia taun 2015 ku Kemdikbud RI (Padahal seperti kita ketahui, seni warisan leluhur khas Cianjur ini telah ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda Indonesia pada tahun 2015 oleh Kemendikbud RI),” ujar Dika, alumnus Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta itu.
Mamaos Cianjur, tutur Dika, telah didukung oleh regulasi mapan, Perda Nomor 10 Tahun 2020 dan Peraturan Bupati Nomor 18 Tahun 2021. Sehingga, sudah semestinya Mamaos Cianjuran mendapat tempat terhormat untuk bisa terus dikembangkan.
“Pelestarian Mamaos Cianjuran adalah tanggung jawab kita semua seluruh masyarakat Cainjur, bukan semata tanggung jawab pemerintah, komunitas atau masyarakat tembang Sunda. Cianjuran,” tutur Direktur Program dan Pengembangan SDM Yayasan Kebudayaan Lokatmala Indonesia itu.
Tokoh penembang dan pemetik kecapi Cianjuran Dr Yus Wiradiredja mengatakan, terharu atas pagelaran Mamaos Cianjur yang dibawakan para penembang senior dan yunior untuk memperingati 1 Tahun Gempa Cianjur ini.
“Ini harus terus dikembangkan dan diupayakan supaya Mamaos Cianjuran mendapat tempat terbaik bisa dinikmati dan lestari dari generasi ke generasi,” kata Dosen Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung tersebut.
Yus Wiradiredja menceritakan, seni Mamaos Cianjuran merupakan salah satu musik tradisional Jawa Barat dari Cianjur sejak dua abad lalu dan masih lestari hingga kini.
“Alhamdulillah hingga kini masih selalu dilaksanakan berbagai pasanggiri atau perlombaan yang secara rutin salah satunya diselenggarakan oleh Damas (Daya Mahasiswa Sunda),” ujar Dewan Pembina Yayasan Wirabudaya Indonesia itu.
Bahkan tutur Yus Wiradireja, karena memiliki nilai (value) tinggi, secara filosofis tembang Sunda Cianjuran sudah dikenal hingga mancanegara. Berdasarkan data, sejak 1970-an hingga 2000, beberapa acara di Eropa, Asia, dan Amerika sempat menampilkan seni leluhur Cianjur ini.
Para tokoh penembang mengisi ruang-ruang Mamaos Cianjuran di zamannya hingga hari ini tampil bersama dalam lantunan tembang yang membuat penonton terpukau. Terlebih saat penembang senior seperti Mamah Tati Syafitri, Heni Suhaeni, Nani Nurbani dan Cucu Suminar ikut nembang dengan suaranya yang khas.
Tampil pula pemilik suara apik, Nina Nurnaningsih, Iis Siti Rohmah, Enung Sunariah, Wiwin Ruswiani, Lia Amalia, Dian Wahyuni, Nina Kurniasih, Firni Apriliani Sifa, Dianopita Mustika, dan lain-lain. Semua dipadukan dengan penebang generasi baru, Neng Sely Zawahirul Madaniyah, Nurul Khairunisa, Sansha Azani Fajariah, Nazareta Arassy, Grisela Dita Fridayanti dan Vanesa Aurel Nurhafiz.
Kemudian sejumlah penembang laki-laki juga ikut menyeimbangkan suasana kebatinan saat itu. Tampil penembang Dadan Iskandar, Asep Juanda, Dzaki Naufal Arifin, Endi Naredo, Irfan Abdi Alwali serta Mochamad Fadillah Dikriana. Selanjutnya ada penembang Lukman Nurdiansyah, Muhammad Rizky dan Ahmad Rijal Nasrullah.
Semua berpadu dalam satu orkestra pamirig yang dikemas oleh Wildan Firdaus, Muhammad Alif Yusup, Hadi Kusumayadi dan M Rizky Ramdhani dengan latar penari Rafi Taufik. Sungguh menjadi tontonan penuh kualitas dan mampu melahirkan kontemplasi mendalam terhadap peristiwa gempa bumi yang sempat meluluhlantakkan Cianjur tempo hari.
Sementara itu, Ketua Yayasan Kebudayaan Lokatmala Indonesia Wina Rezky Agustina mengatakan, pagelaran Mamaos Cianjuran lintas generasi ini akan terus dilakukan agar silaturahmi antarpenembang semakin kuat.
“Kami berharap Mamaos Cianjuran bisa semakin dikenal luas, beradaptasi dengan kemajuan zaman tanpa melupakan akar tradisi,” kata Wina di Cainjur, Sabtu (2/12/2023).
Dosen Transformasi Seni dan Budaya Sunda Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendudikan Universitas Suryakancana ini menyatakan, Mamaos Cianjuran hendaknya mendapat tempat khusus bagi generasi muda dengan tampilan lebih inovatif. Sehingga bisa dinikmati berbagai kalangan terutama anak muda.
“Kami optimistis dengan munculnya penembang generasi muda saat ini akan melahirkan nuansa baru bagi kemajuan seni tradisi Tembang Sunda Cianjuran ini. Kita berterima kasih kepada Bupati Cianjur Herman Suherman yang selama ini telah memberikan dukungan bagi pemajuan seni dan budaya termasuk Mamaos Cianjuran di Kabupaten Cianjur,” ujar Wina.
Editor: Agus Warsudi