Perempuan asal Cimahi Korban TPPO di Myanmar, BP2MI Jabar Koordinasi ke Kemenlu
CIMAHI, iNews.id - Pemerintah diminta segera mengambil tindakan dan bisa memulangkan puluhan WNI yang tertipu lowongan pekerjaan online. Mereka saat ini terjebak di Myanmar dan menjadi scammer online atau penipu online.
Salah satu di antara puluhan WNI yang tertipu itu diketahui merupakan warga Kota Cimahi. WNI tersebut bernama Yakni Noviana Indah Susanti (37) yang merupakan warga Kelurahan Baros, Kecamatan Cimahi Tengah, Kota Cimahi, dan diduga telah menjadi korban Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO).
Terkait permasalahan tersebut, Kasie Perlindungan dan Pemberdayaan UPT Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) Jabar, Neng Wepi mengatakan, sudah memdapatkan informasi ini dan menindaklanjutinya. Termasuk berkomunikasi dengan pihak Kemenlu dan KBRI di Myanmar.
"Kasus ini terus dipantau oleh Tim Satgas TPPO Cimahi dan sudah dikomunikasikan ke Kemenlu serta KBRI," ucapnya saat dihubungi wartawan, Selasa (2/5/2023).
Menurutnya, ada beberapa kendala yang dihadapi terkait upaya penanganan para korban. Khususnya soal faktor keamanan mengingat lokasi keberadaan mereka ada di daerah perbatasan negara yang sedang berkonflik. Sehingga akses ke sana sulit dilakukan termasuk oleh pihak KBRI.
Meskipun begitu, semua upaya terus dilakukan dengan terus menjalin komunikasi ke para korban. Di sisi lain pihak keluarga diminta agar membuat laporan resmi ke BP2MI. Agar bisa ditindaklanjuti oleh pemerintah secara jelas dengan kekuatan kebijakan hubungan diplomatik.
"Pastinya ini jadi tantangan dari perwakilan kita untuk terus melakukan upaya biar bisa komunikasi dengan korban dan membantu mereka secepatnya bisa dipulangkan," katanya.
Terpisah ayah Noviana, Joko Supriatno menyebutkan, anaknya telah hilang kontak selama tiga Minggu dan baru memberi kabar pada minggu keempat saat sudah ada di wilayah Myawaddy, Myanmar. Mereka awalnya dijanjikan bekerja sebagai customer service marketing di Thailand namun justru dikirim ke Myanmar bersama warga lain temasuk dari luar negeri.
"Anak saya dan yang lainnya diperlakukan kasar, kalau tidak mau kerja atau mencapai target akan disiksa pencambukan sampai penyetruman. Makanya saya berharap pemerintah bisa memulangkan anak saya dan yang lainnya dari penipuan dengan modus menawarkan pekerjaan ini," tuturnya.
Editor: Asep Supiandi