Pascalebaran Kasus Covid-19 Melonjak, Kota Bandung Waspada
BANDUNG, iNews.id - Satgas Covid-19 Kota Bandung menigkatkan kewaspadaan menyusul potensi lonjakan kasus Covid-19 efek mudik dan libur Lebaran 2021 Mei 2021 lalu. Selain menambah tempat tidur di rumah sakit, Pemkot Bandung juga menyiapkan tempat isolasi mandiri (isoman) bagi pasien Covid-19 tanpa gejala.
Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Kota Bandung Ema Sumarna mengatakan, kewaspadaan menghadapi lonjakan kasus Covid-19 dilakukan lantaran saat ini bed occupancy ratio (BOR) ruang isolasi di rumah sakit hampir mencapai 80 persen.
Artinya terjadi lonjakan kasus Covid-19 cukup signifikan dalam beberapa hari terakhir. “Kalau mengambil pola sebelumnya, kami minta Kepala Dinas Kesehatan mengoordinasikan dengan seluruh pimpinan rumah sakit untuk mengomunikasikan persiapan untuk menambah tempat tidur,” kata Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Kota Bandung Ema Sumarna, Selasa (8/6/2021).
Langkah berikutnya, ujar Ema, mengakselesari Satgas Penanganan Covid-19 di kecamatan untuk menyediakan tempat isoman. Saat ini, di Kota Bandung sudah tersedia 50 tempat isolasi mandiri yang tersebar di 19 kecamatan.
“Kemudian, kami mendorong setiap kecamatan itu untuk mengoptimalkan tempat isoman, terutama bagi masyarakat (pasien Covid-19) berkategori OTG (orang tanpa gejala). Karena menurut ahli kesehatan yang bergejala ringan sebetulnya bisa isoman,” ujar Ema.
Ema menuturkan, di samping mengakselerasi tempat isoman di kecamatan, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bandung juga tengah menjalin komunikasi dengan sejumlah pengelola tempat untuk menambah ruang isolasi terpadu.
“(BOR) isolasi di angka 80 sekian. Sekarang kami sedang negosiasi rencana untuk menambah tempat isoman. Kan ada dua, awalnya ada tiga tapi kemarin sudah selesai. Sekarang ada keinginan untuk kami perpanjang,” tutur pria yang juga menjabat Sekda Kota Bandung ini.
BOR Kota Bandung saat ini berada di angka 79 persen. Persentase itu memberikan indikasi bahwa pasien dengan bergejala cukup berat meningkat. Meski begitu, dipastikan kasus Covid-19 di Kota Bandung masih tertangani dengan baik.
“BOR kita 79 (persen). Memang dulu pernah di angka 93 (persen). Artinya yang bergejala bertambah. Tapi positifity rate kita di angka 6,9, artinya ini sudah lebih baik,” ucap Ema.
Menurut Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Kota Bandung, yang harus diperhatikan dalam membaca angka BOR ini tidak secara keseluruhan rumah sakit dihuni oleh pasien yang berasal dari Kota Bandung.
Sebab, sebagai ibu Kota Provinsi, angka 79 persen tersebut juga mencakup seluruh pasien yang berasal dari luar daerah Kota Bandung. “Layanan kesehatan tidak berdimensi otonomi. Sebetulnya angka kemarin, 52 persennya itu penduduk Kota Bandung, sementara 48 persen penduduk dari luar Kota Bandung yang sekarang sedang dirawat di rumah sakit,” ujarnya.
Diberitakan sebelumnya, Wakil Wali Kota Bandung Yana Mulyana mengatakan, jika angka BOR atau keterisian tempat tidur ruang isolasi di rumah sakit Kota Bandung terus naik di atas 80 persen, fasilitas dan tenaga kesehatan bisa kolaps.
Saat ini, angka BOR di Kota Bandung telah mencapai 79,9 persen. Angka tersebut membuat dia khawatir, di mana kasus Covid-19 terus mengalami peningkatan. Peningkatan kasus Covid terjadi pascamudik dan libur Lebaran Mei 2021 lalu.
"Ini sudah di titik psikologis. Menunjukkan bahwa baik fasilitas kesehatan maupun tenaga kesehatannya sebentar lagi collapse," kata Yana dalam siaran persnya.
Yana mengemukakan, regulasi masyarakat tidak boleh melakukan mudik muncul sebab Pemerintah Kota Bandung khawatir siklus peningkatan Covid-19 terjadi. Itu bisa terjadi dua pekan sampai sebulan setelah libur panjang.
"Saya tidak bisa bayangkan kalau kemarin pemerintah pusat dan daerah tidak membatasi soal mudik. India saja yang sudah terkendali jadi 9.000-an penambahan (kasus positif Covid-19) per hari. Hari ini sampai 360.000," ujarnya.
Di Kota Bandung saat ini angkanya sudah lebih dari 100 kasus per harinya. Sebelumnya 30-an kasus, dengan angka BOR fluktuatif di angka 60 persen. Angka tersebut muncul pascalebaran.
Sedangkan setelahnya ada libur Hari Raya Waisak dan Hari Lahir Pancasila yang bisa dimanfaatkan libur panjang bersamaan dengan cuti pada sebelum atau sesudahnya.
"Kemarin konsentrasi mencegah libur panjang seminggu sebelum Lebaran. Padahal di tanggal berikutnya ada lagi hari libur yang jatuhnya hari kejepit. Mungkin ada saja orang yang mengambil cuti dan memanfaatkannya jadi libur panjang," ujar Yana.
Editor: Agus Warsudi