get app
inews
Aa Text
Read Next : Deretan Pengemis Kaya di Indonesia, Ada yang Berharta Miliaran Rupiah

Ngemis Online Jadi Tren di Medsos, Ini Penjelasan Pakar

Rabu, 08 Februari 2023 - 18:54:00 WIB
Ngemis Online Jadi Tren di Medsos, Ini Penjelasan Pakar
Pengemis online cukup marak di media sosial. Fenomena ini dinilai sebagian masyarakat cukp meresahkan. (Foto: Istimewa) 

BANDUNG, iNews.id - Masyarakat dibuat resah dengan maraknya konten mengemis online dalam layanan live streaming di salah satu aplikasi media sosial. Cara tersebut diyakini dapat mendatangkan keuntungan dalam waktu yang cepat lantaran mereka mendapatkan belas kasihan berupa hadiah dari warganet.

Pemberian hadiah ini bermacam-macam bentuk dan rupanya, dari harga yang murah hingga harga yang fantastis. Mirisnya, yang dipertontonkan pada ngemis online tersebut kebanyakan para lansia dengan memperlihatkan seorang nenek mandi lumpur atau berendam di kolam saat tengah malam dan tampak menggigil kedinginan.

Hal itu tentu saja menjadi keprihatinan banyak orang. Analisa Media Sosial, Ismail Fahmi melihat banyak masyarakat yang melakukan tindakan itu karena motivasi utamanya adalah ekonomi.

"Banyak orang punya kebutuhan ekonomi besar sehingga mereka mau jadi influencer supaya dapat uang. Keinginan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi membuat mereka jadi kreatif lagi di media sosial," ujarnya saat dihubungi iNews.id pada Rabu (8/2/2023).


Ismail memberi contoh, misalnya di desa para konten kreator memanfaatkan yang ada di sekitarnya, misalnya sungai, sawah, dan lain sebagainya.

"Ada dua aspek yang menarik, yang pertama sifat emosional bikin orang kasian, kreatornya orang tua, dieksploitasi, yang kedua kontroversial yang membuat ini jadi menarik buat publik, seperti mandi lumpur dan lain sebagainya," katanya.

Lantas bagaimana cara mengatasi hal tersebut? Ismail mengatakan tentunya sangat mudah, yakni netizen tidak perlu memberi gift kepada konten kreator itu.

"Prinsipnya kayak di pinggir jalan orang ngemis nggak dikasih, kalau dikasih terus dia bakal lakuin itu," ujar dia.


Selain itu, juga bekerja sama dengan platform, bila pemerintah sudah menganggap tindakan itu negatif bisa diedukasi dengan diberikan alternatif lainnya.

"Tapi kalau memang sudah keterlaluan dan meresahkan, konten-konten tersebut bisa di-banned," ucapnya.

Editor: Asep Supiandi

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya

iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut