Momentum Ramadhan, Dedi Mulyadi: Pejabat Puasalah dari Barang Impor
BANDUNG, iNews.id - Anggota DPR RI Dedi Mulyadi mengatakan, bulan suci Ramadhan, mengajarkan manusia untuk menahan hawa nafsu. Ada perbedaan antara pejabat pemerintah pembuat kebijakan dengan masyarakat dalam berpuasa.
Bagi para pejabat, kata Kang Dedi, sapaan akrabnya, puasa bukan hanya menahan makan, minum dan hawa nafsu, tetapi juga berhenti menggunakan barang impor. Jadi puasa para pejabat pemerintah harus membawa dampak sosial yang positif bagi masyarakat luas.
"Puasa bagi pejabat adalah momen untuk menyetop segala bentuk kebijakan terhadap ketergantungan barang impor," kata Dedi Mulyadi dalam rilis yang diterima iNews.id, Sabtu (9/4/2022).
Kang Dedi menyatakan, puasa dari impor barang akan sangat menguntungkan bagi perekonomian masyarakat. Terlebih barang tersebut tersedia di pasar lokal.
“Mereka yang kerja produknya tidak ada yang beli sehingga terjadi penumpukan barang, bahan bakunya menumpuk tidak ada yang beli. Artinya tidak ada pemasukan uang dan banyak orang yang lapar,” ujar Kang Dedi.
Sehingga, kata Dedi, puasa bagi pejabat pengambil keputusan adalah dengan cara menahan diri untuk tidak terus menerus menggunakan produk impor. “Apalagi kalau barang tersebut ada di Indonesia dengan kualitas sama,” tutur mantan Bupati Purwakarta ini.
Kang Dedi mencontohkan, hal yang tak perlu lagi impor adalah beras karena saat ini sejumlah daerah sedang memasuki masa panen. Selain itu ada juga produk mebel dan kain yang seluruhnya diproduksi di Indonesia dengan kualitas bersaing.
Dengan membatasi atau berpuasa impor, kata Kang Dedi, produk dalam negeri akan banyak dibeli oleh masyarakat. Bahkan ke depan dengan semakin banyaknya peminat bukan tidak mungkin produsen akan terus meningkatkan kualitas produk.
“Dengan seperti itu maka regulasi produk lokal bisa berjalan, orang Indonesia bisa makan dan dapat THR. Maka puasa pejabat itu berhasil dan produk dalam negeri bisa ikut lebaran,” ucapnya.
Bagi Dedi puasa dari barang impor lebih bermakna dibanding dengan berbagi ratusan paket sedekah. Sehingga walaupun perut pejabat sedang puasa tetapi impor masih jalan terus, hal tersebut hanya bermakna bagi diri sendiri tapi tidak untuk orang lain. “Berpuasalah dari keinginan selalu impor agar produk dalam negeri bisa lebaran,” ujar Kang Dedi Mulyadi.
Editor: Agus Warsudi