Kenapa Orang Sunda Berkulit Putih? Mungkin Ini Jawabannya
BANDUNG, iNews.id - Pertanyaan kenapa orang Sunda berkulit putih, mungkin ada di benak sebagian orang. Namun tidak banyak referensi yang dapat menjelaskan dan menjawab secara pasti pertanyaan itu.
Yang jelas, tidak semua orang Sunda berkulit putih bersih. Sebab banyak juga orang Sunda yang berkulit sawo matang. Namun umumnya perempuan Sunda memang berkulit putih bersih dan kuning langsat.
Berdasarkan pengamatan, perempuan Sunda memang rata-rata berkulit putih alami, bukan karena perawatan atau kosmetik. Faktanya, perempuan Sunda berkulit putih bukan dari kalangan berada sehingga mendapatkan gizi dan perawatan kulit memadai.
Atau memiliki fasilitas mewah dengan ke mana-mana naik turun mobil ber-AC. Para perempuan Sunda berkulit putih bersih itu seperti warga biasa umumnya, yang beraktivitas menggunakan angkutan umum atau motor.
Beberapa teori berusaha menjelaskan dan menjawab pertanyaan kenapa orang Sunda berkulit putih. Teori pertama menyebutkan, karena orang Sunda tinggal di dataran tinggi.
Ada juga, teori kedua, yang menyebut karena pada masa kolonial Belanda banyak perempuan Sunda yang dijadikan simpanan para tuan tanah dan pengusaha perekebunan teh. Dari hubungan itu, lahirlah keturunan Sunda-Belanda di kawasan pegunungan yang didominasi perkebunan teh.
Pada abad ke-19, tepatnya 1896, saat itu Bandung yang dipimpin oleh Asisten Residen Priangan Pieter Sijthof dipercaya untuk menggelar sebuah acara besar yaitu kongres Perkumpulan Pengusaha Perkebunan Gula.
Bandung terpilih karena sebelumnya telah membuka jalur transportasi angkutan kereta api dari Batavia ke Bandung dan Surabaya pada 1884. Selain itu para juragan gula (suikerplanters) ini ingin melihat kehidupan para pemilik perkebunan (preangerplanters) yang konon sangat modern.
Untuk menyukseskan acara, Williem Schenk, pemilik perkebunan kina di kawasan Bandung Selatan yang terkenal royal, memboyong noni-noni cantik Indo-Belanda dan gadis pribumi untuk menghibur para peserta kongres.
Sejak saat itu lah Belanda memberikan julukan bagi Bandung sebagai De Bloem Der Indische Bergstede, artinya, Bunga dari Pegunungan Hindia Belanda. Julukan ini kemudian dianggap menjadi awal mula Bandung dijuluki dengan nama Kota Kembang.
Namun karena bersteriotif negatif, orang Bandung tidak suka dengan julukan tersebut. Orang Bandung berusaha menghindar dari penggunaan julukan Kota Kembang. Mereka lebih suka dengan sebutan Parijs van Java untuk merujuk Kota Bandung.
Begitu pula saat Jepang menjajah Indonesia. Para tentara Nipon, terutama para perwira, memiliki simpanan para perempuan pribumi Sunda untuk menemani mereka. Dari hubungan ini, lahirlah keturunan berdarah Sunda-Jepang.
Teori ketiga, secara genetis, orang Sunda memiliki darah Aria. Dugaan ini merujuk kepada Kerajaan Tarumanagara yang nota bene didirikan oleh pendatang dari India, tepatnya Kerajaan Palawa dan Salankayana.
Para pendatang dari India, pendiri Kerajaan Tarumanagara itu diduga orang-orang berdarah Aria, sehingga secara fisik mereka berbeda jauh dari orang India umumnya.
Dihimpun dari berbagai sumber, berikut beberapa teori yang mungkin bisa menjawab pertanyaan kenapa orang Sunda berkulit putih:
Tinggal di Dataran Tinggi
Orang Sunda, terutama di kawasan Bandung Raya, tinggal di dataran tinggi. Kota/Kabupaten Bandung, dan Kota Cimahi, serta sebagian Bandung Barat, berada di ketinggian sekitar 768 meter di atas permukaan laut (mdpl).
Sementara morfologi wilayah, Bandung Raya dikelilingi gunung-gunung menjulang tinggi di delapan penjuru mata angin dengan ketinggian antara 1.500-2.500 mdpl. Bandung Raya, layaknya mangkuk raksasa dengan bagian tengahnya merupakan Kota/Kabupaten Bandung, Cimahi, dan sebagian Bandung Barat.
Gunung-gunung yang berada di selatan Bandung antara lain Kendang, Tilu, Patuha, Malabar, Haruman, Puntang, dan lain-lain. Rerata tinggi gunung di selatan Bandung ini mencapai 2.000-2.500 mdpl. Bahkan Gunung Kendang setinggi 2.617 mdpl.
Kemudian, Gunung Burangrang dan Sunda di sebelah barat. Di utara ada Gunung Tangkuban Parahu. Sedangkan di timur Gunung Manglayang, Bukit Tunggul, dan Lagadar.
Dengan morfologi wilayah yang dikelilingi gunung-gunung tinggi, wajar jika udara Bandung berbeda dari kota atau daerah lain di Indonesia. Udara di Bandung Raya lebih sejuk.
Iklim Bandung Raya dipengaruhi oleh iklim pegunungan yang lembap dan sejuk dengan suhu rata-rata 23,5 derajat Celsius, curah hujan rata-rata 200,4 milimeter (mm) dan jumlah hari hujan rata-rata 21,3 hari per bulan.
Selain itu, letak Kota Bandung yang berada di tengah-tengah Provinsi Jawa Barat, jauh dari laut. Sehingga, udara pegunungan lebih dominan berembus di Kota Bandung dan sekitarnya.
Dengan morfologi wilayah tersebut cukup logis jika orang Sunda, terutama kaum perempuan, yang tinggal di dataran tinggi Bandung, contohnya Lembang, Ciwidey, dan Pangalengan, memiliki kulit putih bersih.
Kemungkinan karena mereka jarang terpapar panas matahari. Pipi kaum perempuan di kawasan dataran tinggi tersebut, bersemu merah jika mereka merasakan gerah atau terkena sinar surya.
Catatan Tome Pires
Pernyataan kenapa orang Sunda berkulit putih, mungin bisa dijawab dari catatan Tome Pires, penjelajah dari Portugis dalam buku Suma Oriental.
Buku yang ditulis Tome Pires pada 1512-1515 itu berisi informasi tentang kehidupan masyarakat Asia Timur dan Asia Tenggara pada abad ke-16. Suma Oriental merupakan laporan resmi Tome Pires kepada Raja Portugis kala itu.
Dalam laporannya, Tome Pires menyebutkan, orang Sunda sangat jujur, bangsawannya cantik dan tampan, dan penduduknya ramah. Fakta sejarah mencatat, pusat peradaban orang Sunda di dataran tinggi.
Kata Sunda berasal dari kata Sund (Bahasa Sansekerta), artinya bercahaya. Orang-orang Sunda sejak zaman dulu memang berkulit putih bersih dibanding tetangga mereka Jawa dan bangsa India.
Dari catatan sejarah ini dapat tergambar bahwa sejak zaman dulu, penampilan fisik orang Sunda memang berbeda dari penduduk Pulau Jawa lainnya.
Dari Kerajaan Tarumanagara hingga Sunda
Berdasarkan sejarah berdirinya Kerajaan Tarumanaga pada abad ke-5 hingga ke-7, diduga terjadi akulturasi budaya dan percampuran gen antara orang Sunda dengan India, terutama ras Aria.
Notabene, pendiri Kerajaan Tarumanaga merupakan pedatang dari India, tepatnya Kerajaan Palawa dan Salankayana. Mereka meminta perlindungan dari Kerajaan Salakanagara karena negeri mereka diserang oleh musuh Maharaja Gupta dari Kerajaan Magada.
Orang-orang India dari Palawa dan Salankayana yang dipimpin Maharesi Jayasingawarman tersebut diduga berdarah Aria yang berkulit putih, hidung mancung, dan mata tidak terlalu besar seperti umumnya orang-orang India.
Akhirnya, Kerajaan Salakanagara memberikan sebidang tanah di tepi Sungai Citarum untuk para pedatang dari India itu untuk bermukim. Permukiman itu disebut Tarumadesya.
Lama-kelamaan, permukiman bangsa India tersebut, berkembang pesat dan tumbuh menjadi sebuah kerajaan. Setelah Tarumanagara jaya, pamor Salakanagara pun perlahan meredup dan hilang.
Pada abad ke-7 Masehi, kejayaan Kerajaan Tarumanagara pun pudar. Selanjutnya, Tarusbawa, suami dari Manasih, putri sulung Raja Tarumanagara Linggawarman mendirikan Kerajaan Sunda pada 670 Masehi.
Linggawarman, Raja Tarumanagara terakhir hanya berkuasa selama tiga tahun dari 666-669 Masehi. Selanjutnya, Kerajaan Tarumanagara menghilang digantikan Kerajaan Sunda yang berkembang pesat hingga melahirkan Kerajaan Galuh dan Pajajaran.
Para pakar menyimpulkan, Tarumanagara tidak runtuh, tetapi berganti nama saja. Kekuasaan Kerajaan Sunda meluas ke timur, masih di wilayah Jawa bagian barat.
Dari percampuran gen nenek moyang tersebut, lahirlah keterunan Sunda saat ini. Tidak heran jika Raja Majapahit Hayam Wuruk terpesona oleh kecantikan Dyah Pitaloka Citraresmi, putri Kerajaan Sunda.
Namun untuk membuktikan benar atau tidak orang Sunda secara genetis memiliki darah Aria perlu dilakukan penelitian secara ilmiah melalui tes DNA yang saksama.
Editor: Agus Warsudi