get app
inews
Aa Text
Read Next : Ini Faktor Penyebab Suhu Minimum Kota Bandung Sangat Dingin sampai 17 Derajat Celsius

Fenomena Aphelion saat Bumi Jauh dari Matahari Sebabkan Suhu Dingin, Ini Kata BMKG

Kamis, 15 Juli 2021 - 10:23:00 WIB
Fenomena Aphelion saat Bumi Jauh dari Matahari Sebabkan Suhu Dingin, Ini Kata BMKG
Suhu dingin dirasakan warga selama Juli 2021 akibat fenomena alam Aphelion. (Foto: Ilustrasi/Istimewa)

BANDUNG, iNews.id - Akhir akhir ini beredar luas di WAG tentang terjadinya fenomena alam Aphelion di Indonesia yang menyebabkan suhu udara dingin akibat posisi Matahari sangat jauh dari Bumi. Unggahan tersebut membuat masyarakat khawatir dan bertanya-tanya tentang dampak buruk fenomena Aphelion

Lalu, apa sebenarnya fenomena Aphelion? Betulkah akan berdampak signifikan terhadap kondisi iklim di Indonesia? Berikut ini penjelasan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG). 

Deputi Bidang Klimatologi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Herizal mengatakan, posisi matahari memang berada pada titik jarak terjauh dari bumi (aphelion). 

Tapi, kondisi tersebut tidak berpengaruh banyak pada fenomena atmosfer permukaan. Aphelion merupakan fenomena astronomis yang terjadi setahun sekali pada kisaran bulan Juli. 

“Sementara itu, pada waktu yang sama, secara umum wilayah Indonesia berada pada periode musim kemarau. Hal ini menyebabkan seolah aphelion memiliki dampak yang ekstrem terhadap penurunan suhu di Indonesia,” kata Herizal, Kamis (15/7/2021).

Menurut Herizal, fenomena ini merupakan hal yang biasa terjadi tiap tahun. Bahkan hal ini pula yang nanti dapat menyebabkan beberapa tempat seperti di Dieng dan dataran tinggi atau wilayah pegunungan lainnya, berpotensi terjadi embun es (embun upas) yang dikira salju oleh sebagian orang.

Fenomena suhu udara dingin sebetulnya alamiah dan umum terjadi di bulan-bulan puncak musim kemarau (Juli-September). Saat ini wilayah Pulau Jawa hingga NTT menuju periode puncak musim kemarau. Periode ini ditandai pergerakan angin dari arah timur, yang berasal dari Benua Australia.

Herizal menyatakan, pola tekanan udara yang relatif tinggi di Australia menyebabkan pergerakan massa udara dari Australia menuju Indonesia atau dikenal dengan istilah Monsoon Dingin Australia. 

“Angin monsun Australia yang bertiup menuju wilayah Indonesia melewati perairan Samudera Indonesia yang memiliki suhu permukaan laut juga relatif lebih dingin, sehingga mengakibatkan suhu di beberapa wilayah di Indonesia terutama bagian selatan khatulistiwa (Pulau Jawa, Bali dan Nusa Tenggara) terasa juga lebih dingin,” ujarnya.

Selain dampak angin dari Australia, tutur Herizal, berkurangnya awan dan hujan di Pulau jawa hingga Nusa Tenggara turut berpengaruh ke suhu yang dingin di malam hari. Sebab, tidak adanya uap air dan air menyebabkan energi radiasi yang dilepaskan oleh bumi pada malam hari tidak tersimpan di atmosfer.

Tak hanya itu, langit yang cenderung bersih awannya (clear sky) akan menyebabkan panas radiasi balik gelombang panjang ini langsung dilepas ke atmosfer luar. “Sehingga kemudian membuat udara dekat permukaan terasa lebih dingin terutama pada malam hingga pagi hari. Hal ini yang kemudian membuat udara terasa lebih dingin terutama pada malam hari,” tutur Herizal.

Editor: Agus Warsudi

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya

iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut