Destinasi Wisata Perbukitan Sumedang, Berkemah dengan Pemandangan Gunung Tampomas

SUMEDANG, iNews.id - Objek wisata alam bebas di kawasan perbukitan Kabupaten Sumedang, menjadi alternatif pilihan liburan di tengah pandemi Covid-19. Seperti wisata alam Samalengoh Camp sekan tak pernah sepi dari pengunjung yang hendak berkemah.

Keindahan alam di kawasan perbukitan, Samalengoh Camp yang berada di Desa Gunturmekar, Kecamatan Tanjungkerta, Kabupaten Sumedang ini selalu digemari para pengunjung. Apalagi saat malam libur, puluhan tenda akan terlihat berjejeran di lokasi tersebut. 

Baca Juga

Rekor, Kematian akibat Covid-19 di Purwakarta Capai 11 Orang dalam Sehari

Para pengunjung bisa menikmati suasana keindahan alam, terutama suguhan pemandangan Gunung Tampomas dan jalur Tol Cisumdawu yang terlihat jelas dari lokasi tersebut. Objek wisata Samalengoh Camp berada di ketinggian 804 mdpl. Sehingga memiliki udara yang cukup sejuk. Untuk berkunjung ke objek wisata tersebut, wisatawan setidaknya harus menempuh jarak kurang lebih sekitar 8,6 kilometer dari pusat kota Sumedang. 

Salah seorang pengunjung, Rita Siti, mengatakan, wisata Samalengoh Camp selain menawarkan panorama alam yang memikat dengan udara sejuk membuat suasana lebih nyaman. 

Baca Juga

40 Kasus Covid-19 per Hari, Kota Cimahi Khawatir Masuk Zona Merah Lagi

"Apalagi saat pada malam hari bisa melihat hamparan pemandangan cahaya lampu yang berasal dari kawasan perkotaan Sumedang," kat Rita. Minggu (13/6/2021).

Baca Juga

KBB Zona Merah, Wisatawan Tetap Antusias Berwisata di Lembang

Sementara itu, menurut pengelola wisata, Otong Nursoba, objek wisata Samalengoh Camp sudah berjalan satu tahun. Pengunjung yang datang ke kawasan wisatanya itu tidak hanya dari warga lokal di Sumedang, melainkan juga berasal dari luar daerah.

"Di masa pandemi Covid-19 saat ini kami mewajibkan para pengunjung untuk tetap mematuhi protokol kesehatan yang sudah di tetapkan," ujar dia.

Dia berharap, objek wisata Samalengoh Camp ini bisa lebih berkembang dan mengangkat perekonomian warga sekitar.

Editor: Asep Supiandi