get app
inews
Aa Text
Read Next : Video Pencarian Penambang Emas Tertimbun Longsor di Kalteng

Demi Hidup Berkecukupan Banyak Warga Salopa Tasikmalaya Nekat Jadi Gurandil

Senin, 23 November 2020 - 12:00:00 WIB
Demi Hidup Berkecukupan Banyak Warga Salopa Tasikmalaya Nekat Jadi Gurandil
Suasana kota Kecamatan Salopa, Kabupaten Tasikmalaya. Warga di kecamatan ini banyak yang menjadi penambang emas liar atau gurandil. (Foto: iNewsTv/Asep Juhariyono)

TASIKMALAYA, iNews.id - Salopa, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, dikenal sebagai kecamatan para penambang emas tradisional atau dalam bahasa Sunda gurandil di tanah seberang di luar Pulau Jawa. Mereka berharap dapat memperbaiki ekonomi keluarga dan hidup berkecukupan lewat butiran logam mulia.

Meski bertaruh nyawa, mereka nekat meninggalkan kampung halaman untuk mencari butiran emas di Pulau Sumatera, Sulawesi, Kalimantan, dan daerah lain.

Diketahui, penambang emas yang mengalami musibah di lokasi penambangan emas liar di tepi Sungai Seribu, Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar), Kalimantan Tengah (Kalteng) merupakan warga Tasikmalaya.

Sebanyak 10 penambang tewas tertimbum longsor di dalam lubang penambangan sedalam 65 meter. Tiga di antara 10 korban berhasil dievakuasi dalam keadaan tak bernyawa. Sedangkan tujuh penambang lainnya terkubur di dalam lubang.

Lantaran lokasi korban berada di kedalaman 65 meter di bawah permukaan tanah dan sulit dilakukan serta membahayakan, tim search and rescue (SAR) gabungan di Kobar, Kalteng memutuskan menghentikan upaya evakuasi.

Sembilan dari 10 penambang yang menjadi korban adalah warga Desa Mulyasari, Karyamandala, Mandalahayu, Kecamatan Salopa. Sedangkan satu penambang adalah warga Kecamatan Tanjungjaya, Kabupaten Tasikmalaya.

Kecamatan Salopa berada di kawasan pegunungan dan dikelilingi hutan dan perkebunan. Sebagian besar warga Salopa berprofesi sebagai petani, berkebun, dan berdagang.

Eka, warga Desa Mulyasari, Kecamatan Salopa mengatakan, banyak warga, terutama pria, lebih memilih bekerja di pertambangan emas tradisional di luar Pulau Jawa.

Sebab, banyak warga Kecamatan Salopa yang sukses setelah menjadi penambang emas. Mereka yang sukses bisa membangun rumah, membeli mobil, sapi, dan tanah.

"Hal ini lah yang menjadi daya tarik bagi warga lainnya untuk menjadi penambang emas tradisional meski pekerjaan tersebut nyawa taruhannya," kata Eka.

Untuk bekerja menjadi seorang penambang, ujar Eka, ada bos sebagai pemodal yang datang dan membiayai semua ongkos perjalanan dan biaya hidup warga Salopa di pertambangan.

"Biasanya mereka berangkat sekitar sepuluh hingga dua puluh orang. Warga dijemput oleh travel ke Jakarta dan dari Jakarta naik pesawat ke daerah tujuan," ujar dia.

Jika mereka sudah mulai bekerja dan berhasil, tutur Eka, semua ongkos yang telah dikeluarkan oleh bos, akan dipotong dari penghasilan mereka. "Ada juga warga yang tidak sukses. Untuk bisa pulang ke kampung halamananya, mereka meminta kiriman uang dari keluarga di kampung," tutur Eka.

Nanik, tetangga korban Yuda dan Reza, di Kecamatan Salopa, banyak warga yang berangkat menjadi penambang emas di Kalimantan, Palu, Manado, Jambi, dan Padang.

"Mereka tergiur karena hasilnya bisa mencapai puluhan bahkan ratusan juta. Bagi yang berhasil bisa membeli mobil, membangun rumah, sapi, dan tanah," kata Nanik.

Menurut Nanik, syarat untuk menjadi penambang emas tradisional hanya kartu tanda penduduk (KTP) dan keinginan warga untuk bekerja tanpa paksaan. "Mereka tergiur karena hasilnya bisa mencapai kiloan emas jiga berhasil di pertambangan," ujar dia.

Camat Salopa Fuad Abdul Azis. (Foto: iNewsTv/Asep Juhariyono)
Camat Salopa Fuad Abdul Azis. (Foto: iNewsTv/Asep Juhariyono)

Sementara itu, Camat Salopa Fuad Abdul Azis mengatakan, Pemerintah Kecamatan Salopa prihatin dan turut berbela sungkawa atas kejadian yang menimpa warganya di Kobar, Kalteng. "Benar sembilan dari sepuluh korban yang tertimbun di lokasi penambangan emas di Kalimantan merupakan warga Salopa. Kami prihatin dan turut berbela sungkawa," kata Fuad.

Fuad mengemukakan, warga Salopa yang bekerja di pertambangan emas tradisional di luar Pulau Jawa karena tergiur oleh kesuksesan para penambang yang kembali ke kampung halaman.

"Kebanyakan warga Salopa berprofesi sebagai petani karena daerah salopa banyak lahan pertanian dan perkebunan. Warga tergiur menjadi penambang emas karena melihat kesukses para penambang lain," ujarnya.

Editor: Agus Warsudi

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya

iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut