Cerita Pemulung TPA Sarimukti KBB, Berburu Harta Karun di Balik Gunungan Sampah

BANDUNG BARAT, iNews.id - Teriknya sinar matahari menjelang siang membakar kulit Saepudin (50) yang mulai mengkerut dimakan waktu. Menenteng karung besar, dia bersiap memburu sampah di TPA Sarimukti, Kabupaten Bandung Barat (KBB).
Pemandangan sampah yang menggunung tersaji di depan mata merupakan pengharapan bagi pria asal Cianjur, Jawa Barat itu untuk mendulang rupiah. Saepudin seperti sudah kebal dengan bau busuk dan anyir yang menusuk hidung.
Siang itu, sejumlah alat berat terlihat membongkar tumpukan sampah yang baru saja diturunkan dari atas truk-truk pembuang sampah kiriman dari wilayah Bandung raya seperti Kota Bandung, Kota Cimahi, Kabupaten Bandung dan Bandung Barat. Para pemulung seperti Saepudin pun bersiap menyambutnya untuk memilah sampah yang bisa dijual.
Berbekal sarung tangan dan karung tempat sampah, jari-jemarinya begitu lincah memilah sampah seperti kantong plastik, kaleng besi, kara-kara, hingga barang bekas lainnya. Sampah-sampah itu dikumpulkan lalu dijual kepada bandar.
"Alhamdulillah di sini memang tempat nyari rezeki buat saya. Sampah buat saya itu berkah," tutur Saepudin, belum lama ini.
Senyum tipis sesekali terpancar dari raut wajah Saepudin ketika diajak berbincang sejenak. Bagi dia, TPA Sarimukti adalah ladang 'ladang harta karun' untuk menghidupi keluarganya yang berada di Cianjur. Dia sudah sembilan tahun berkutat dengan sampah.
Saepudin rela jarang bertemu dengan anak dan istrinya demi rupiah penyambung hidupnya. Awal memulung, biasanya dia hanya menghasilkan 30 kilogram berbagai barang bekas. Rupiah demi rupiah dia kumpulkan, sehingga pada saatnya diberikan kepada istri tercintanya di Cianjur.
"Pas masih awal-awal paling 30 kilogram. Sekarang Alhamdulillah bisa 70 kilogram. Kalau dirupiahkan paling Rp70.000. Tergantung harga jualnya kan naik turun," kata Saepudin.
Sesekali, Saepudin pun ketiban rezeki tambahan. Dia pernah menemukan cincin emas seberat 2 gram dan amplop berisi uang Rp250.000 dari balik tumpukan sampah. "Iya pernah sekali dapat cincin emas, saya langsung jual Rp300.000. Uang di dalam amplop juga pernah," ucap Saepudin.
Dia pun berbagi hal pahit dan masa-masa sulit selama memulung di TPA Sarimukti. Periode itu dialaminya ketika tiba-tiba sampah di TPA Sarimukti terbakar pada 19 Agustus lalu yang membuat Saepudin dan ratusan pemulung lainnya harus menghentikan aktivitasnya sampai waktu yang tidak ditentukan.
Tentunya hal itu menjadi pukulan telak bagi dia karena otomatis roda perekonomiannya pun terdampak. Dia harus kehilangan mata pencaharian yang sudah bertahun digelutinya. Harapan api padam dalam waktu sekejap ternyata malah berlarut, hingga dua bulan lebih baru bisa dipadamkan.
Sempat bertahan di kawasan TPA Sarimukti, Saepudin akhirnya pulang ke kampung halamannya di Cianjur. Harapannya pun akhirnya terwujud setelah zona utama pembuangan sampah akhirnya dibuka lagi. Para pemulung menyerbu kembali TPA Sarimukti untuk mengais rezeki di balik gunungan sampah.
"Alhamdulillah sekarang buka lagi. Kemarin sebulan lebih di rumah. Mudah-mudahan tetep diizinkan mulung di sini," kata dia.
Editor: Asep Supiandi