DEPOK, iNews.id – Cerita inspiratif datang dari Wasis Nur Iman, eks cleaning service yang sukses banting setir hingga jadi bos siomay. Berkat ketekunan dan kegigihannya, pelaku UMKM itu kini bisa menikmati hasil kerja kerasnya sebagai pengusaha siomay di Kota Depok, Jawa Barat.
Pria kelahiran Nganjuk 1978 itu menuturkan awal mula menggeluti bisnis siomay yang kini sudah memiliki nama paten Siomay Gondrong.
Kisah Siti Julaeha Bisnis Kue Basah, Dari Iseng Kini Raup Omzet Rp1 Juta per Hari
Wasis mengaku tidak ada bayangan menjadi pengusaha siomay. Dia sebelumnya melakoni beragam pekerjaan dari petugas cleaning service hingga penjual keliling mainan anak-anak selama hampir 9 tahun.
Roda nasib mulai berpihak ke Wasis pada 2010. Dia ikut saudaranya sebagai karyawan sekaligus menjual siomay gondrong di Pondok Gede, Jakarta Timur. Nama itu didapat lantaran sang pemilik berambut gondrong.
UMKM Pembuatan Kue Kering Khas Lebaran Banjir Pesanan
Tiga tahun berjalan, pemilik siomay gondrong menjual usahanya karena terus merosot. Meski sudah beberapa kali dipegang pihak lain, usaha siomay gondrong tak kunjung membaik. Wasis lalu dipercaya untuk mengelola langsung bisnis tersebut dengan membeli merek dagangnya sebesar Rp200 juta.
“Kebetulan, bos saya pemilik siomay gondrong itu nikah sama saudara saya. Saya berani ambil usaha siomay itu karena saya pikir prospek ke depannya bagus. Alhamdulillah jadi. Terus dijual dan saya beli senilai Rp200 juta. Saya pinjam uang ke saudara saya waktu itu,” katanya ditemui iNews.id beberapa waktu lalu.
Wasis kemudian membuka usaha siomay di kawasan Abadijaya, Kota Depok. Bakat dan jiwa dagang Wasis pun mulai terasah di usaha siomay.
Wasis lalu merekrut empat karyawan untuk membuat sekaligus menjual siomay. Dengan modal yang terbatas saat itu, Wasis hanya meraup omzet Rp2 juta pada 2010.
“Waktu itu dapat Rp2 juta saja susah sekali. Namanya jualan kadang habis kadang sisa. Itu saja masih lumayan,” ucapnya.
Wasis mengaku tak patah arang. Dia terus berupaya memperbaiki kualitas siomay racikannya dengan menggunakan bahan baku berkualitas seperti ikan tengiri dan sayuran segar.
Hasilnya ternyata memuaskan. Secara per lahan, siomay gondrong buatan Wasis direspons positif konsumen. Omzetnya pun melonjak drastis hingga tembus Rp200 juta per bulan dari penjualan 10.000 pcs siomay. Dia lalu menambah jumlah karyawan hingga total ada 24 orang.
“Omzet saya bisa sekitar Rp7 juta sampai Rp8 juta per hari, kurang lebih segitu. Karyawan saya sekarang ada 24 orang. 18 orang yang jualan siomay, sisanya masak dan belanja serta bersih-bersih di dapur.," tutur Wasis.
Dibantu Modal Pinjaman KUR BRI
Wasis tidak menampik usahanya yang terus berkembang tidak lepas dari bantuan pinjaman modal BRI.
Dia mengenal KUR BRI dari temannya semasa masih ikut berjualan. Wasis lalu mencoba mengajukan pinjaman KUR BRI.
“Awalnya saya ngajuin pinjaman Rp25 juta pada 2014 dan diterima. Pinjaman modal itu saya pakai untuk mengembangkan usaha buat beli motor bekas sama gerobak,” ujarnya.
Editor: Kastolani Marzuki