Batik Tulis Garutan Tembus Pasar Luar Negeri, Dipasarkan Mulai Singapura hingga Afrika
GARUT, iNews.id - Batik Tulis Garutan telah dikenal di dunia internasional. Batik hasil karya para perajin asal Garut setidaknya sudah dijual ke beberapa negara.
Perajin Batik Tulis Garutan asal Kelurahan Kota Kulon, Kecamatan Garut Kota, Kabupaten Garut, Ria Apriani (41), misalnya, telah mengirimkan hasil kerajinannya ke dua negara seperti Sudan dan Singapura. Menurut Ria Apriani, pemasaran Batik Tulis Garutan ke luar negeri ini dilakukan secara online.
"Pemasarannya secara online, dikirim ke beberapa daerah di Indonesia. Paling jauh ke Sudan Benua Afrika dan Singapura," kata Ria Apriani saat ditemui iNews.id di pameran Pengembangan Kapasitas Usaha (PKU) Akbar di kompleks Pendopo Garut, Senin (7/8/2023).
Menurut Ria, pembeli hasil karyanya sebagian besar merupakan para pegiat atau pecinta seni batik. Dia menyebut motif Batik Tulis Garutan yang paling banyak diminati para pembeli adalah motif fauna, seperti burung merak dan bulu ayam.
"Tapi ada juga motif-motif lain yang dibeli, cuma paling banyak motif fauna seperti merak dan bulu ayam," ujarnya.
Hal yang sama diungkapkan pengrajin Batik Tulis Garutan lainnya, Kristi Jesica (36). Ibu dua anak asal Gang Gunung Kendang, Kecamatan Garut Kota, ini telah memasarkan Batik Tulis Garutan ke negara tetangga, Malaysia.
Mengamini apa yang diucapkan Ria Apriani, Kristi mengaku memasarkan batik hasil kerajinan tangannya melalui online. Selain merambah pasar luar negeri, batik karyanya juga telah rutin dikirim ke beberapa daerah di Indonesia.
"Pelanggan saya rata-rata luar daerah, seperti Bogor, Jambi, Bali, Bandung, Tangerang, Jakarta, dan lainnya. Salah satu tokoh yang pernah membeli batik buatan saya adalah Teten Masduki," ujar Kristi.
Bagi Kristi, menjadi pengrajin Batik Tulis Garutan bukan hanya semata-mata untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga, melainkan mempertahankan tradisi keluarganya dalam membatik. Di keluarganya, membuat batik telah berlangsung secara turun-temurun.
Kristi Jesica merupakan generasi kelima yang membuat batik di keluarganya. Kemampuan membatik diperolehnya secara otodidak, yaitu meniru tantenya saat dia belajar membatik sewaktu duduk di bangku SMP.
"Kalau Batik Tulis Garutan tidak bisa diandalkan untuk sehari-hari, karena menjualnya tidak setiap hari. Apalagi Batik Tulis Garutan yang membeli hanya para pecinta atau pegiat batik, tidak seperti kain atau pakaian biasa karena dipakai sehari-hari. Saya menekuni Batik Tulis Garutan lebih kepada mempertahankan tradisi keluarga, untuk melestarikannya sebab sudah dimulai sejak zaman nenek saya dahulu," ujarnya.
Per lembar kain Batik Tulis Garutan untuk ukuran 2,65 meter x 105 cm dia jual bervariasi, mulai dari Rp1,3 juta hingga Rp2 juta. Pengerjaannya pun memakan waktu berhari-hari karena dilakukan dengan cara ditulis pada kain menggunakan canting.
Kemunculan batik print dalam jumlah banyak dan dengan harga murah, menurut Kristi secara kualitas tidak terlalu berpengaruh pada Batik Tulis Garutan yang dia buat. Batik Tulis Garutan, kata dia, memiliki khas tersendiri dibandingkan dengan batik print.
"Dari kualitas berbeda, motifnya juga beda. Batik Tulis Garutan itu ada ratusan motif, saya sendiri memproduksi sekitar 80-an motif," ujar Kristi.
Editor: Asep Supiandi