Banyak Bangunan Peninggalan Belanda, Padalarang Akan Ditata Jadi Wisata Kota Tua
BANDUNG BARAT, iNews.id - Kawasan Padalarang, Kabupaten Bandung Barat (KBB), akan ditata menjadi wisata kota tua karena banyak bangunan peninggalan zaman Belanda. Jika terealisasi, Padalarang akan menjadi warna baru destinasi wisata di KBB.
Gedung-gedung peninggalan kolonial Belanda di Paladarang masih berdiri kokoh sampai saat ini dan memiliki nilai sejarah. Salah satunya Pabrik Kertas Padalarang.
"Ada rencana menjadikan kawasan Padalarang wisata kota tua. Usulannya muncul dari Indonesia Hidden Heritage (IHH) di Jakarta," terang Kepala Seksi Sejarah dan Kepurbakalaan, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) KBB Asep Diki Hidayat, Sabtu (16/10/2021).
Asep menyatakan, awalnya IHH tertarik dengan berbagai potensi di Goa Pawon dan berencana menjadikannya sebagai destinasi prehistoric (pra sejarah).
Mereka kemudian tidak sengaja melihat PT Kertas Padalarang di kawasan Padalarang dan menilai punya potensi untuk menjadi wisata kota tua.
"Dari situ mereka tertarik, termasuk salah satu Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) yang juga berprofesi sebagai dosen arsitektur di Itenas Bandung, mengusulkan Padalarang, jadi wisata kota tua," ujarnya.
Rencananya, tutur Asep, proyek Padalarang sebagai kota tua akan ditindaklanjuti oleh Institut Teknologi Nasional (Itenas) Bandung dan dimulai dengan melakukan pengkajian dan penelitian. Beberapa lokasi yang akan masuk dalam Kota Tua Padalarang antara lain PT Kertas, Stasiun Padalarang, Gedong Lima, dan Kantor Kecamatan atau Kantor DPRD KBB.
Setiap bangunan sejarah yang dicanangkan untuk dijadikan kota tua tersebut akan dikaji oleh para akademisi. Sementara, Disparbud KBB akan mengajukan rencana ini ke Bapelitbangda terkait pendataan dan potensi ekonominya. Diharapkan bisa seperti Kota Tua Jakarta dan Semarang yang bisa mendorong perekonomian masyarakat sekitar.
"Kami akan masukkan rencana pembentukan Padalarang sebagai kota tua dalam kategori potensi ekonomi dan juga pengembangan Goa Pawon sebagai wisata prehistoric. Kajiannya pasti butuh waktu, tapi potensinya sudah ada tinggal ditata dan dikembangkan," tutur Asep.
Editor: Agus Warsudi