Melalui tari Liberika, ujar Sri Wahyuni, Wina berusaha memantik kesadaran publik tentang perunahan iklim dunia saat ini yang tidak sedang baik-baik saja.
"Tarian ini menggambarkan perubahan iklim selain sebagai cara alam menyeimbangkan diri tapi juga bisa disebabkan oleh ulah manusia. Melalui Liberika, kita mengerti, kerakusan selalu berujung petaka, kini, dan masa depan,” ujar Sri Wahyuni.
"Tari Liberika adalah pesan bagi diri dan siapa saja untuk membuka mata dengan bijaksana bahwa Bumi sedang tidak baik-baik saja," tutur dia.
Sebelumnya, Direktur Program dan SDM Lokatmala Foundation Dika Dzikriawan mengatakan, Tari Liberika wujud kekhawatiran akan nasib kopi yang saat ini telah meramaikan pergaulan budaya pop justru terancam punah karena perubahan iklim.
Editor : Agus Warsudi
cianjur kabupaten cianjur tari kontemporer tarian tarian adat tarian daerah tanaman kopi kopi liberika perubahan iklim Perubahan Iklim Dunia
Artikel Terkait