BANDUNG, iNews.id - Upacara adat Sunda untuk kelahiran bayi kerap dilaksanakan oleh masyarakat di Tatar Pasundan. Prosesi adat itu dilakukan sejak prakelahiran, kelahiran hingga pascakelahiran yang merupakan satu rangkaian yang tidak terpisahkan.
Semua rangkaian upacara adat Sunda itu memiliki maksud dan tujuan yang tidak hanya sebatas menekankan pada prosesi ritual. Namun memiliki makna akan harapan orang tua kepada bayi yang dilahirkan di masa yang akan datang.
Lebih utama lagi ada nilai-nilai edukasi yang ditanamkan kepada anak sejak dini sehingga ke depannya menjadi anak yang memiliki jati diri silih asah dan silih asuh.
Berikut prosesi upacara adat Sunda untuk kelahiran bayi yang dirangkum iNews.id dari berbagai sumber.
Upacara Adat Sunda untuk Kelahiran
1. Memelihara Tembuni
Upacara adat Sunda untuk kelahiran yang pertama, yakni merawat tembuni atau dilakukan setelah persalinan agar bayi selamat serta berbahagia. Tembuni artinya plasenta bayi atau biasa juga disebut dengan ari-ari.
Tembuni merupakan saudara bayi sehingga tak boleh dibuang secara sembarangan dan harus diperlakukan secara khusus melalui saat mengubur atau Ketika menghanyutkannya.
Bersamaan dengan kelahiran bayi, tembuni kemudian dibersihkan serta diletakan ke dalam pendil atau kendi untuk kemudian diberi bumbu-bumbu yakni garam, asam, serta gula merah.
Terakhir, pendil ditutup dengan kain putih serta diberi bambu kecil agar kemudian tetap menerima udara.
Tidak cukup sapai di situ, dukun beranak lalu menggendong serta memayungi pendil hingga dikuburkan di area halaman rumah atau dihanyutkan ke sungai secara adat. Upacara penguburan tembuni ini sendiri disertai pembacaan doa untuk memohon keselamatan.
Ada keunikan lain dari prosesi adat ini. Di dekat kuburan tembuni akan diberikan penerang yang terus menyala hingga tali pusat bayi lepas dari area perut atau istilahnya disebut 'puput'
2. Nenjrag Bumi
Upacara adat Sunda kelahiran lainnya adalah nenjrag bumi. Prosesi ini berupa memukulkan alu, atau tongkat tebal dari kayu ke arah bumi. Ritual ini sendiri dilakukan agar bayi kemudian kelak menjadi pemberani, tak mudah takut dan terkejut.
Terdapat dua cara yang dapat dipilih, yaitu memukulkan alu sebanyak tujuh kali ke bumi di dekat bayi atau dengan membaringkan bayi di atas palupuh (lantai bambu yang dibelah-belah). Selanjutnya sang ibu menghentakkan kakinya ke palupuh di dekat bayi.
3. Puput Puseur
Upacara adat sunda yang ketiga disebut puput puseur. Upaca adat ini diawali dengan memotong tali pusar bayi. Setelah lepas, sang ibu kemudian akan meletakan tali pusar ke dalam kanjut kundang atau kantung kecil dari kain dan ditutup dengan bungkusan kasa berisi uang logam serta diikatkan pada perut bayi. Maksudnya agar pusar tidak menyembul ke luar atau istilah Sunda disebut 'dosol'.
Upacara ini sendiri diadakan bersamaan dengan memberikan nama, membaca doa selamat, serta membagikan bubur merah dan bubur putih ke warga sekitarnya.
4. Ekahan
Ekahan atau aqiqah cukup populer sebagai rangkaian prosesi ritual setelah kelahiran bayi. Upacara adat Sunda untuk kelahiran ini sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT sebagai atas lahirnya seorang bayi. Pada pelaksanaannya, upacara ini umumnya dilakukan setelah bayi berusia 7 hari, 14 hari, ataupun 21 hari.
Orang tua sang anak harus menyediakan domba atau kambing untuk kemudian disembelih dengan ketentuan dua ekor domba jika anak laki-laki serta seekor domba jika anak perempuan.
Prosesi penyembelihan ini juga disertai dengan pembacaan doa selamat serta pengharapan agar kelak anak tersebut menjadi orang saleh yang dapat menolong orang tuanya di akhirat. Seusai penyembelihan, daging kemudian akan dimasak dan dibagikan.
Editor : Asep Supiandi
Artikel Terkait