Enam bersaudara putra putri dr Djoendjoenan Setiakusumah. Foto ini diambil sebelum kemerdekaan. Unan belakang kiri, di kanan belakang Askar, dan di tengah baris depan Otjeu Djoenjoenan. (Foto: Dokumentasi Keluarga/Facebook/Nyarios Sunda)

"Biarkan makam Unan tetap di sini (Taman Makam Pahlawan 10 November Surabaya). Ini untuk menandakan dan menunjukkan bahwa dalam perang (10 November 1945) di Surabaya, ada orang Sunda yang gugur demi membela Tanah Air, Negara Indonesia," ujar Ceu Popong.

Ceu Popong mengatakan, dr Djoenjonan Setiakusumah memiliki enam anak, tiga putra dan tiga putri. Tiga putranya, Abdul Rachman, Abdul Askar, dan Abdul Ahmad. Tiga putra dr Djoenjoenan itu semuanya menjadi tentara pejuang.

Diketahui, nama dr Djoendjoenan diabadikan sebagai nama jalan utama di Kota Bandung. Jalan dr Djoendjoenan merupakan jalan yang menjadi pintu gerbang masuk ke Kota Bandung dari wilayah barat.

Dr Djoendjoenan merupakan tokoh pemuda yang cukup dikenal pada masa penjajahan Belanda sebagai satu dari beberapa pendiri Paguyuban Pasundan. Saat aktif di Paguyuban Pasundan, dr Djoendjoenan masih menempuh pendidikan kedokteran di Batavia (sekarang Jakarta).


Editor : Agus Warsudi

Sebelumnya
Halaman :
1 2 3 4

BERITA POPULER
+
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network