"Biarkan makam Unan tetap di sini (Taman Makam Pahlawan 10 November Surabaya). Ini untuk menandakan dan menunjukkan bahwa dalam perang (10 November 1945) di Surabaya, ada orang Sunda yang gugur demi membela Tanah Air, Negara Indonesia," ujar Ceu Popong.
Ceu Popong mengatakan, dr Djoenjonan Setiakusumah memiliki enam anak, tiga putra dan tiga putri. Tiga putranya, Abdul Rachman, Abdul Askar, dan Abdul Ahmad. Tiga putra dr Djoenjoenan itu semuanya menjadi tentara pejuang.
Diketahui, nama dr Djoendjoenan diabadikan sebagai nama jalan utama di Kota Bandung. Jalan dr Djoendjoenan merupakan jalan yang menjadi pintu gerbang masuk ke Kota Bandung dari wilayah barat.
Dr Djoendjoenan merupakan tokoh pemuda yang cukup dikenal pada masa penjajahan Belanda sebagai satu dari beberapa pendiri Paguyuban Pasundan. Saat aktif di Paguyuban Pasundan, dr Djoendjoenan masih menempuh pendidikan kedokteran di Batavia (sekarang Jakarta).
Editor : Agus Warsudi
gelar pahlawan hari pahlawan hari pahlawan nasional kisah kepahlawanan makam pahlawan pahlawan kota bandung kota surabaya
Artikel Terkait