Pada 1964, tutur Ceu Popong, saudara Ceu Popong, Nani menikah dengan anggota Marinir asal di Surabaya. Nani pun dibawa ke Surabaya. Sebelum berengkat ke Surabaya, Ceu Popong meminta tolong kepada suami Nani untuk menelusuri jejak Unan.
Akhirnya keluarga mendapatkan kabar di kompleks Taman Pemakaman Pahlawan 10 November Surabaya terdapat banyak makam pahlawan tak dikenal. Juru kunci makam pahlawan tersebut menyebutkan satu makam merupakan pejuang asal Bandung yang gugur pada 10 November 1945.
"Juru kunci makam pahlawan mengatakan, "kalau ini makam pejuang asal Bandung. Anak muda, ganteng. Katanya ayahnya jadi dokter di Bandung". Siapa lagi itu, pemuda ganteng, anak dokter di Bandung, kalau bukan Kang Unan," tutur Ceu Popong.
Akhirnya, keluarga dr Djoenjoenan datang ke Surabaya. Mereka yakin satu makam pahlawan tak dikenal di Kompleks Taman Makam Pahlawan 10 November Surabaya adalah makam Abdul Rachman Djoendjoenan atau Kang Unan yang hilang 20 tahun lalu. "Waktu makam Kang Unan ditemukan, papih (dr Djoendjonan) masih hidup," ucapnya.
Saat ziarah ke Taman Makam Pahlawan 10 November Surabaya, almarhum dr Djoenjoenan menyatakan, makam Abdul Rachman atau Unan tak akan dipindahkan ke Bandung.
Tujuannya untuk menunjukkan kepada generasi penerus bangsa bahwa ada orang Sunda yang gugur sebagai pahlawan dalam perang 10 November 1945 demi membela Tanah Air, Negara Indonesia.
Editor : Agus Warsudi
gelar pahlawan hari pahlawan hari pahlawan nasional kisah kepahlawanan makam pahlawan pahlawan kota bandung kota surabaya
Artikel Terkait