BANDUNG BARAT, iNews.id - Sistem pertanian di kawasan Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB) secara bertahap mulai bertransformasi dari sistem tradisional ke modern. Pemanfaatkan teknologi internet membuat pengolahan pertanian menjadi lebih praktis.
Pola pertanian berbasis smart farming berbasis teknologi tersebut memudahkan petani dalam bercocok tanam secara efisien. Hasilnya, banyak generasi muda mulai tertarik terjun ke bisnis pertanian berbasis digital ini.
"Kalau penyiraman konvensional butuh waktu setengah hari, tapi pakai smart farming tinggal putar timer, sehari bisa lima kali penyiraman dengan interval 2 jam sekali," kata petugas di Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang, Tedi Ramdani (24), Sabtu (25/2/2023).
Berkat bantuan teknologi, ujar Tedi Ramdani, dirinya tidak perlu repot-repot mengurus tanaman. Setiap hari hanya tinggal mengontrol pertumbuhan sekitar 600 tanaman buah melon yang dibudidayakan di green house seluas 280 meter persegi yang menjadi tanggung jawabnya.
Semua, ujar dia, bisa diatur dengan mesin pengontrol, mulai dari menyiram air, menyalurkan pupuk, hingga mengatur suhu di dalam green house
"Untuk kebutuhan air penyiraman per polybag dikasih 200 ml jadi total dalam sehari hanya butuh 1 liter per tanaman. Kerjanya relatif santai, paling nanti pas mau masuk fase penyerbukan atau polinasi itu harus manual," ujar dia.
Ke depan diharapkan kawasan Lembang yang merupakan daerah yang dikenal sebagai produsen hortikultura perlu memanfaatkan teknologi smart farming.
Hanya saja pengalihan sistem ini belum bisa diterima secara luas karena keterbatasan biaya dan pengetahuan tentang teknologi.
Koordinator Penyuluh Pertanian Lembang W Darwin mengatakan, jumlah kelompok petani yang sudah menerapkan sistem pertanian smart farming tidak lebih dari 10 kelompok.
Kendala terbesar sistem pertanian digital adalah membutuhkan modal besar, walaupun sistem ini dapat membantu petani meningkatkan hasil panennya.
Selain itu, lanjut dia, smart farming bisa dikatakan efektif jika produk pertanian yang dihasilkan memiliki nilai ekonomis tinggi.
Artinya tidak semua produk pertanian cocok memanfaatkan teknologi smart farming ini. "Ya kalau tanaman yang biasa-biasa tidak akan seimbang antara berapa nilai investasi yang dikeluarkan dengan hasil didapatkan," kata W Darwin.
Editor : Agus Warsudi
smart farming investasi pertanian bisnis pertanian Hasil pertanian Komoditas pertanian pertanian penyuluh pertanian Lembang KBB
Artikel Terkait