CIREBON, iNews.id - Sejumlah tokoh adat di Kota Cirebon, Jawa Barat prihatin dengan kisruh dua kubu yang memperebutkan takhta sultan di Keraton Kasepuhan Cirebon. Para tokoh adat itu meminta pemerintah berperan sebagai penengah.
Mereka menilai, sebagai negara hukum dan keraton kasepuhan merupakan objek cagar budaya nasional, sehingga pemerintah harus menjadi fasilitator dan mediator untuk menyelesaikan kisruh tersebut.
Dua kubu yang memperebutkan takhta sultan di Keraton Kasepuhan Cirebon, yakni pihak Pangeran Luqman Zulkaedin yang saat ini menyandang gelar Sultan XV Keraton Kasepuhan Cirebon. Luqman meneruskan tahta ayahnya PRA Arief Natadiningrat yang mangkat beberapa waktu lalu.
Sedangkan pihak satu lagi, Rahardjo Djali yang memproklamirkan diri sebagai Sultan Sepuh Aloeda II. Bahkan terakhir Rahardjo Djali menantang kubu Luqman Zulkaedin melakukan tes DNA untuk memastikan siapa yang paling sah mewarisi tahta Sulta Keraton Kasepuhan Cirebon berdasarkan trah Sunan Gunung Jati.
Ketua Paguyuban Pangeran Pasarean Gegunung Kabupaten Cirebon Raden Hasan Ashari merasa prihatin dengan kisruh perebutan kekuasaan di Keraton Kasepuhan Cirebon. "Padahal pesan leluhur, Sunan Gunung Jati, ingsun titip tajug lan fakir miskin, bukan berebut kekuasaan," kata Raden Hasan Ashari.
Raden Hasan Ashari berharap pemerintah, baik Pemkot Cirebon, Pemprov Jabar, maupun pusat, bisa menjadi fasilitator dan mediator untuk menyelesaikan kisruh ini. Pasalnya keraton kasepuhan masuk dalam cagar budaya nasional.
"Keraton Kasepuhan Cirebon ini cagar budaya nasional, tertuang dalam SK Mendikbud Nomor 238/M/1999 dan Undang-undang Cagar Budaya Nomor 11/2010. Pemerintah memiliki kewenangan untuk pengamanan dan penyelamatan cagar budaya," ujar Raden Hasan Ashari.
Ketua Paguyuban Pasarean Gugunung berharap pemerintah secepatnya mengambil langkah agar polemik ini tidak berkepanjangan dan berdampak pada kerusakan bangunan cagar budaya.
Diberitakan sebelumnya, pelantikan perangkat Keraton Kasepuhan versi Raharjo Djalil di Bangsal Pangrawit, Keraton kasepuhan, Cirebon, ricuh, Rabu (25/8/2021). Kericuhan terjadi saat Sultan Aloeda II Rahardjo Djali tengah melantik perangkat atau pembantu sultan di Bangsal Pangrawit.
Di tengah prosesi pelantikan, tiba-tiba sekelompok orang datang dan merangsek ke dalam bangsal. Mereka berusaha membubarkan kegiatan pelantikan tersebut dengan alasan tanpa izin Sultan Sepuh.
Sontak saja, beberapa orang di bagsal berupaya mengadangnya. Saling dorong di antara mereka tak terhindari. Massa yang datang pun berhasil dihalau ke luar bangsal hingga prosesi pelantikan tetap berjalan.
Bentrok kedua kelompok pun terjadi. Kedua kelompok saling lempar batu. Akibatnya sejumlah fasilitas keraton rusak, terutama bagian atap dan pot kembang di areal keraton.
Editor : Agus Warsudi
cirebon Cirebon Jabar destinasi cirebon keraton cirebon Keraton Kanoman cirebon Keraton Kasepuhan Cirebon Keraton Kesepuhan Cirebon kesultanan cirebon
Artikel Terkait