Namun kendala yang dirasakannya untuk pola transaksi non tunai adalah, ketika dirinya akan memutarkan modal atau membelanjakan kembali untuk bahan baku maka harus mengambil dulu ke ATM atau bank. Kecuali kalau toko bahan bakunya sudah menerapkan transaksi non tunai bisa langsung.
"Kendalanya itu, kalau butuh yang dadakan atau kekurangan bahan dikit-dikit kadang harus pakai cash. Kalau ke ATM kan jadi lama. Tapi kalau ke toko yang bisa transaksi online sih udah langsung proses," ujar Dina.
Mamat Rahmat (43), pedagang buah-buahan, juga menilai selain memudahkan penjualan, menggunakan transaksi non-tunai memakai QRIS juga harus pintar-pintar untuk bisa memutarkan keuangan
“Harus bisa ngaturnya, jadi kalau mau belanja bahan baku harus di-planing karena harus mencairkan dulu ke bank atau ambil di ATM," kata Mamat Rahmat.
Sementara itu, Ketua DPC Himpunan Pengusaha Mikro Kecil dan Menengah Indonesia (Hipmikimdo) KBB Saiful Rachman menyebutkan pelaku usaha dan UMKM harus sudah memulai membiasakan diri bertransaksi secara elektronik.
Editor : Agus Warsudi
bandung barat kabupaten bandung barat Kuliner Bandung barat pelaku umkm transaksi digital transaksi digital banking transaksi elektronik
Artikel Terkait