Konon dalam peristiwa berdarah itu, seluruh prajurit dan Raja Linggabuana dari Kerajaan Sunda tumpas, termasuk sang putri jelita, Dyah Pitaloka Citraresmi yang semula hendak dinikahkan dengan Raja Hayamwuruk.
Kolonial Belanda berhasil mempropagandakan cerita itu hingga muncul mitos dan stereotip atau sentimen negatif di kedua etnis. Mitos dan stereotip yang kerap terdengar adalah, lelaki Jawa tidak boleh menikah perempuan Sunda yang umumnya berparas cantik.
Distereotipkan pula, perempuan Sunda yang cantik cenderung pemalas, lebih suka menghabiskan waktu berdandan daripada mengurus rumah tangga, tidak setia, tidak bisa diajak hidup susah, dan lain-lain.
Sebaliknya, di kalangan etnis Sunda karena dipengaruhi oleh cerita Perang Bubat, muncul dendam dan memandang Jawa sebagai orang-orang yang keji. Karenanya, orang Sunda melarang anak-anak mereka, terutama gadis, menikah dengan pria Jawa.
Bahkan hingga beratus tahun lamanya, tidak ada nama jalan Gajah Mada, Majapahit, dan Hayam Wuruk di Kota Bandung dan semua daerah di Jawa Barat. Begitu pun sebaliknya, tidak ada nama Jalan Pajajaran di Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Editor : Agus Warsudi
adat sunda budaya sunda etnis Sunda Cerita rakyat Sunda kerajaan sunda perang bubat majapahit gajah mada hayam wuruk jalan hayam wuruk
Artikel Terkait