Abdul Azis menambahkan bahwa jembatan tersebut merupakan satu-satunya akses menuju sekolah, para pelajar hanya bisa berangkat ke sekolah pada saat musim kemarau saja. Jika ketika musim penghujan tiba, maka para pelajar ini terpaksa harus meliburkan diri karena alasan keselamatan karena takut terjadi banjir bandang.
"Puluhan siswa dari Kampung Cipiit itu, setiap pergi dan pulang sekolah melintasi sungai Citalahab yang memiliki lebar sekitar 20 meter. Meski para siswa sudah berpakaian seragam dari rumah, mereka terpaksa membuka sepatunya untuk melintasi sungai. Sementara untuk kedalaman sungai saat normal setinggi betis orang dewasa," ujar Abdul Aziz.
Editor : Asep Supiandi
Artikel Terkait