CIANJUR, iNews.id - Situs Megalitikum Gunung Padang di Desa Karyamukti, Kecamatan Campaka, Kecamatan Cianjur, masih menyimpan misteri yang hingga saat ini belum terpecahkan. Para peneliti juga belum sepenuhnya mengungkap substansi dari bangunan batu bersusun yang disebut-sebut sebagai punden berundak terbesar di Asia Tenggara.
Para peneliti berbeda pendapat soal kesimpulan penelitiannya. Sebut saja RDM Verbeek (1891) dalam Rapporten van de Oudheidkundige Dienst (ROD, "Buletin Dinas Kepurbakalaan Hindia-Belanda) serta De Corte dan kemudian sejarawan NJ Krom (1914). Mereka melihat struktur bangunan situs Gunung Padang, dan menduga ini hanyalah semacam kuburan kuno. Namun hingga saat ini tidak ditemukan kuburan kuno yang dimaksud.
Lalu pada tahun 1979 M, tiga penduduk Desa Karyamukti, yakni Endi, Soma, dan Abidin berniat membabat semak ilalang untuk berladang. Ketiganya menemukan tumpukan batu-batu persegi dengan beragam ukuran tersusun di area berundak menghadap ke Gunung Gede. Mereka lalu melaporkannya ke Penilik Kebudayaan wilayah setempat. Pada tahun 1980-an, para arkeolog Indonesia memulai kembali penelitian dan eskavasi Gunung Padang.
Ketiga penduduk yang menemukan Gunung Padang tadi didaulat sebagai juru kunci atau juru pelestari (jupel). Di antara tanggung jawab mereka adalah menjaga dan merawat kelestarian situs Gunung Padang. Setelah usia lanjut, tugas juru kunci mereka turunkan ke anak cucunya, salah satunya Nanang Sukmana.
Editor : Asep Supiandi
Artikel Terkait