Terlebih banyak pula warga kampung yang memelihara ayam, ikan atau domba. Jadi bumbu yang didapat di kebun sekitar serta hewan ternak yang ada benar-benar diolah menjadi penganan khas.
Dia pun menyebutkan, dari mulai mengolah bumbu, membakar hingga tersaji siap disantap, membutuhkan waktu sekitar 5 jam. Uniknya bagian dalam potongan bambu tidak dibersihkan dulu.
“Justru serbuk alami yang berada di dalam bambu itulah memberikan cita rasa tersendiri. Rasanya akan berbeda jika dibersihkan dulu,” katanya.
Setelah menunggu berjam-jam, akhirnya leumeung pun matang. Sebilah golok langsung membelah bambu yang masih mengepulkan asap. Aroma wangi khas pun menyeruak dan menusuk hidung. Tak sabar rasanya untuk segera melahap habis penganan langka itu.
Editor : Asep Supiandi
Artikel Terkait