Begitu pula saat menyantap tidak setiap waktu, hanya disajikan ketika panen raya atau menjelang puasa Ramdhan atau disebut ngaleumeung.
Satu-satunya perajin leumeung yang masih mempertahankan tradisi itu, yakni H Dayat (61) warga Kampung Krajan RT 14/1 Desa Cikeris, Kecamatan Bojong. Dia pun meyakini makanan khas di Jawa Barat ini jauh sebelum sate maranggi berkembang di Purwakarta.
Kemampuan membuat leumeung ini dapat secara turun temurun dari bapak dan kakeknya dulu. Saat ini hanya dirinyalah yang masih memproduksi penganan tradisonal itu.
“Saya tidak tahu persis kapan leumeung itu ada, yang jelas merpakan makanan para karuhun. Hanya saja, dulu waktu masih kecil suka diajak ngaleumeng di sawah bersama keluarga atau tetangga," ujar H Dayat.
Menurutnya, enganan ini dibuat dengan memanfaatkan sumber daya alam yang ada. Bumbu dasar, seperti batang kecombrang, daun salam, serai, kunyit, kemiri dan bawang daun banyak tersedia di kebun. Bumbu itulah yang sering dimanfaatkan untuk membuat leumeung.
Editor : Asep Supiandi
Artikel Terkait