BANDUNG, iNews.id - Puluhan perempuan di Kota Bandung antusias belajar angklung bersama relawan Srikandi Ganjar di Kelurahan Cisaranten, Kecamatan Arcamanik, Kota Bandung, Sabtu (28/1/2023). Setiap perempuan yang hadir difasilitasi satu angklung untuk belajar dipandu instruktur angklung profesional.
Koordinator Srikandi Ganjar Jabar Eva Yuliana mengatakan, belajar angklung ini sebagai upaya dalam memperkenalkan dan melestarikan alat musik tradisional yang sudah ditetapkan UNESCO sebagai warisan dunia tersebut.
"Kami ingin milenial lebih mengenal alat musik lokal Jabar, salah satunya angklung," kata Koordinator Srikandi Ganjar Jabar, Sabtu (28/1/2023).
Eva Yuliana menyatakan, para perempuan yang ikut dalam belajar angklung ini diberi penjelasan tentang angklung. Seperti, proses pembuatan angklung dan cara memainkannya.
"Para peserta mempraktikkan cara memainkan angklung, dipandu oleh instruktur perempuan bernama Rere," ujar Eva Yuliana.
Para peserta yang telah belajar memainkan angklung mengolaborasikannya dengan musik arumba. Arumba merupakan satu kelompok alat musik bambu khas Jawa Barat yang dimainkan secara bersamaan untuk menghasilkan sebuah pertunjukkan musik.
Dengan dipandu instruktur, peserta kemudian memainkan angklung dengan dipadukan musik arumba dalam balutan lagu-lagu yang dimainkan. "Semoga para milenial mengenal musik arumba dan bisa belajar angklung dan memainkannya," tutur dia.
Sementara itu, Rere, instruktur angklung, menyatakan, belajar angklung tidak lah sulit. Apalagi alat musik tradisional ini bisa dimainkan oleh semua kalangan, baik perempuan maupuan laki-laki, dari kaum muda hingga tua.
"Penting sekali membudayakan angklung ini. Banyak banget manfaat main angklung, salah satunya mempererat tali silaturahmi, apalagi angklung orkestra itu tidak bisa dimainkan sendiri, harus banyakan," kata Rere.
Rere mengajak semua kalangan untuk terus mencintai dan mempromosikan budaya Indonesia. Apalagi UNESCO secara resmi telah menetapkan angklung sebagai karya agung warisan budaya lisan dan nonbendawi manusia.
Editor : Agus Warsudi