"Salah satu permasalahan yang kami alami adalah regenerasi peternak. Sehingga sebagai solusi kami membentuk kelompok peternak sapi milenial sebagai generasi penerus peternak dapat beradaptasi dengan perkembangan teknologi," kata Aun.
"Jumlah peternak milenial kami saat ini berjumlah 211 orang. Jadi belum 10 persen. Kami akan tingkatkan baik pelatihan maupun penyebaran sapinya itu sendiri. Barangkali bank bjb bersedia dengan KUR-nya, kami kerja sama," ujarnya.
Selain menyaksikan penandatanganan kerja sama, Kang Emil itu juga meluncurkan pemasaran perdana produk pupuk organik limbah kotoran hewan (kohe) yang dikelola peternak anggota KPBS.
Salah satu kelompok yang telah berhasil melakukan pengolahan kohe menjadi pupuk organik dan telah memiliki pasar adalah Kelompok Taruna Mukti di Kabupaten Bandung.
Kelompok ini sudah memiliki sertifikat organik dan telah melakukan kerja sama pemasaran secara kontinu sebanyak 3.500 ton dengan Lembaga Sosial Pemerhati Lingkungan Hidup dan Kelestarian Alam Leuwikeris Hejo. Pengolahan pupuk organik tersebut kemudian direplikasi oleh para peternak anggota KPBS dan KPSBU.
Kang Emil pun mengapresiasi konsep pengolahan limbah kohe ini karena akan mengurangi tingkat pencemaran di Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum. "Saya apresiasi KPBS melakukan upaya-upaya bersama gerakan citarum harum yang sangat solutif," tutur Kang Emil.
Gubernur juga berharap, pemanfaatan kohe menjadi pupuk organik ini bisa menjadi percontohan dan direplikasi di wilayah lainnya. "Titip agar pengolahan ini menjadi best practice, agar bisa dipraktekan ke seluruh Jabar bahkan seluruh indonesia," ujarnya.
Editor : Agus Warsudi
ridwan kamil gubernur ridwan kamil gubernur jawa barat ridwan kamil sapi perah sapi perah lokal generasi milenial generasi z anak muda
Artikel Terkait