Di masa Surawisesa ini beberapa pertempuran terjadi sebagaimana dikisahkan naskah kuno Carita Parahyangan. Menariknya semua serangan ini mampu ditangkal oleh putra Prabu Siliwangi berkat ketangguhan benteng pertahanan Pakuan Pajajaran.
Salah satu pertempuran Talaga (salah seorang istri Surawisesa adalah ahli waris tahta Talaga) dan dalam Sajarah Talaga tokoh Surawisesa dikenal dengan sebutan Pucuk Umum. Karena Cirebon melanjutkan serangannya dari Talaga ke jantung Galuh dan Galunggung, maka sejak Panembahan Hasanuddin menjadi penguasa Banten, serangan ke Pakuan dilakukan oleh Banten.
Setelah raja berganti-ganti dari Surawisesa, Carita Parahyangan memberitakan adanya kembali perang yang melanda Kerajaan Pajajaran. Serangan dilakukan oleh tentara Banten pada tahun Saka 1501 saat Banten diperintah oleh Panembahan Yusuf. Raja Pajajaran saat itu adalah Nusiya Mulya sesuai Carita Parahyangan atau Ragamulya pada kitab Nagarakretabhumi.
Namun raja terakhir Pajajaran tidak berkedudukan lagi di Pakuan, melainkan di Pulasari (Pandeglang). Tetapi yang menjadi peristiwa penting yakni jangka waktu cukup lama penyerangan tentara Banten mendeskripsikan betapa kuatnya benteng pertahanan Pajajaran.
Tentara Banten baru bisa membobol gerbang atau kuta Pakuan dan melintasi parit ini sekitar 1579 setelah di Pakuan tidak ada raja selama 12 tahun lebih. Hal ini menunjukkan bahwa pertahanannya terlalu tangguh.
Editor : Nani Suherni
Artikel Terkait