Dari sisi lingkungan menyebabkan sedimentasi yang menyebabkan umur bendungan berkurang. Ditambah aliran buangan dari bendungan kini sudah berubah menjadi kawasan industri dan perumahan.
“Banyaknya keramba menyebabkan over produksi dan harga ikan jatuh bisa sampai Rp12.000. Dulu ketika saya bereskan Jatiluhur, orang lokal banyak yang cepat kaya karena harga ikan bisa Rp35.000,” ujar Kang Dedi.
Kondisi Waduk Cirata kini diperparah oleh banyak sampah dari aliran sungai. Belum lagi kawasan hutan di sekitarnya ditebangi sehingga berpotensi longsor.
“Saya berikan saran pada Perhutani agar tidak menanam tanaman yang bisa dipanen tapi tanaman kayu yang tidak bisa diperjualbelikan, karena fungsinya konservasi bukan produksi,” tutur dia.
Kang Dedi berharap fungsi Waduk Cirata kembali dengan hidupnya ekonomi warga lokal. “Sebab logikanya keramba ini untuk mengganti masyarakat yang kehilangan tempat tinggal dan pekerjaannya. Gantinya mereka bisa memelihara ikan di sini,” ucap dia.
Editor : Agus Warsudi
Artikel Terkait