BANDUNG, iNews.id - Sebanyak 7.000 spesies tanaman berkhasiat di Indonesia belum termanfaatkan secara maksimal. Ironisnya, Indonesia mengandalkan produk impor untuk bahan baku obat dan kosmetik.
Kandidat doktor Program Doktor Ilmu Manajemen (DIM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Padjadjaran (Unpad) Kilala Tilaar mengatakan, Indonesia memiliki 30.000 spesies tanaman.
Dari jumlah itu, sekitar 7.000 di antaranya merupakan spesies tanaman berkhasiat, memiliki jutaan resep untuk kecantikan dan kesehatan.
Sayangnya, walaupun kekayaan alam Indonesia sangat berpotensi untuk industri kecantikan, saat ini 85 persen bahan baku obat dan kosmetik masih impor.
Karena itu, dalam disertasi yang juga dimuat di Journal of Law and Sustainable Development dan Journal Uncertain Supply Chain Management itu, Kilala mengatakan, Indonesia sebagai negara dengan kekayaan hayati dan kearifan lokal otentik, memiliki potensi luar biasa. Bahkan mampu untuk mengisi ceruk pasar tren kosmetik alami.
"Dengan didukung inovasi dan pendekatan ilmiah untuk mendukung klaim produk, Indonesia dinilai bisa bangkit secara kompetitif dalam hal tersebut," kata Kilala Tilaar saat sidang promosi doktor di Graha Sanusi Hardjadinata Unpad, Senin (2/10/2023).
Kilala menyatakan, menwarkan beberapa solusi melalui disertasi berjudul “Model Purchase Intention Berbasis Product Innovation, Storytelling, Value Co-creation Dan Farmer Empowerment Pada Produk Kosmetik Alami Indonesia".
Kilala Tilaar yang merupakan CEO Martha Tilaar Group, menyusun sebuah model alternatif purchase intention yang berguna untuk mengembangkan industri kecantikan berbahan alami di Indonesia. Dia juga menyampaikan concern-nya pada industri kecantikan Indonesia yang masih bergantung pada bahan baku impor dan pentingnya melibatkan komunitas dan petani dalam industri ini.
Pemberdayaan masyarakat atau community empowerment yang terlibat dalam rantai pasok sebuah industri, dapat menjadi kunci sukses dalam menjamin keberlangsungan perusahaan.
"Sementara penyuluhan, pendidikan, dan pembinaan masyarakat petani penting dilakukan untuk menghasilkan hasil pertanian yang baik dan terstandar untuk dapat mendukung kebutuhan industri," ujar Kilala.
Selain itu, Kilala juga menekankan pentingnya pendidikan mengenai kecintaan dan pengetahuan mengenai keanekaragaman hayati dan budaya. Tujuannya agar masyarakat sadar akan potensi bangsanya dan mendukung kecintaan mereka terhadap produk dalam negeri.
Dia mengatakan, sejak awal berdiri, Martha Tilaar Group telah berkomitmen untuk memanfaatkan kekayaan alam asli Indonesia untuk menghasilkan produk berkualitas hasil inovasi anak bangsa yang memiliki nilai ekonomi.
Konsistensi dan inovasi atas produk-produk natural beauty dan herbal dilakukan dengan menggali kearifan budaya lokal, meriset secara serius berbagai TOKA (Tanaman Obat, Kosmetik dan Aromatik). Bahkan membudidayakan pengembangan tanaman-tanaman tersebut melalui Kampoeng Djamoe Organik (KaDO) Martha Tilaar.
Riset dan penelitian akan berbagai bahan alami asli Indonesia juga telah lama dilakukan melalui Martha Tilaar Innovation Centre (MTIC). Tak hanya itu saja, MTIC juga mengembangkan dan memproduksi bahan aktif alami yaitu Ekstrak Plantasens Berto yang menggunakan hasil sumber daya alam Indonesia, baik untuk kebutuhan internal maupun untuk ekspor.
"Ini merupakan salah satu upaya untuk mengurangi ketergantungan pada bahan baku impor. Sementara untuk ekspor ke luar negeri, PT Martina Berto, Tbk bekerja sama dengan Clariant, sebuah perusahaan bahan baku terkemuka di dunia. Kerja sama ini telah terjalin sejak tahun 2015," ujar dia.
Melalui disertasinya dan upaya-upaya yang telah dilakukan Martha Tilaar Group, Kilala berharap industri kecantikan terutama pasar kosmetik alami di tanah air dapat semakin berkembang.
Terutama dengan memanfaatkan bahan baku alami Indonesia, meningkatkan kepedulian pada pemberdayaan petani dan merangkul para petani tanaman herbal, serta menghasilkan inovasi dan terobosan baru.
Editor : Agus Warsudi
Artikel Terkait