INDRAMAYU, iNews.id - Harga beras di sejumlah pasar tradisional Indramayu, merangkak naik sejak dua bulan terakhir. Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) memprediksi, kenaikan itu terjadi akibat banyaknya sawah yang mengalami kekeringan akibat El Nino.
Kepala Bidang Kajian dan Advokasi Kanwil III KPPU, Mansur mengatakan, penyebab naiknya harga beras di Kabupaten Indramayu yang merupakan daerah penghasil padi terbesar pertama di Jawa Barat, dikarenakan banyak petani yang gagal panen.
"Indramayu merupakan sentra produksi nomor satu di Jawa Barat, pada tahun 2022 produksi GKG (gabah kering giling) mencapai 1,5 juta ton. Dari hasil pengamatan kami, terdapat beberapa faktor kenaikan harga beras di Indramayu, yang pertama sama dengan daerah lainnya akibat kekeringan El Nino," kata dia, kepada iNews.id, Rabu (6/9/2023).
Selain itu, kata Mansur, faktor penyebab lainnya yaitu adanya ikatan kontrak antara penggiling dengan distributor.
"Di Indramayu ada beberapa penggilingan yang sudah terikat kontrak dengan Cipinang. Sehingga, penggilingan besar di Indramayu banyak yang dijual ke Cipinang," ujar dia.
Mansur menyatakan, untuk menekan harga beras di pasar, pemerintah daerah harus memiliki data produksi dan data konsumsi, agar dapat menggelar operasi pasar murah jika produksi beras mengalami surplus.
"Solusi untuk menekan harga beras, harus ada data real konsumsi gabah atau beras di daerah masing-masing. Jika produksi masih surplus, maka bisa dilakukan operasi pasar murah," kata dia.
Mansur menerangkan, jika produksi beras mengalami defisit, Bulog dapat melakukan impor beras untuk menutupi kebutuhan di daerah.
"Namun jika mengalami defisit atau kekurangan, dapat dilakukan impor oleh Bulog sesuai dengan tugasnya," tutur dia.
Editor : Asep Supiandi
Artikel Terkait