"Prosesnya (rancang bangun) sekitar sebulan, tapi proses pencarian cukup intens, mencari cara sederhana agar masyarakat bisa merasakan langsung peristiwa itu, seperti ketakutan, basah, gelap, dan lainnya," tuturnya.
Disinggung filosofi Museum Tsumami Aceh, Kang Emil menerangkan museum ini merepresentasikan ketakutan, kesedihan, dan harapan.
"Jadi setelah rasa takut yang ditandai lorong gelap dan gemiricik air di bagian pintu masuk, lalu kesedihan dengan adanya sumur doa, dan terakhir harapan dengan hadirnya lorong menuju atap bangunan," terangnya.
"Atap bangunan ini juga berfungsi sebagai tempat evakuasi yang bisa menampung ribuan orang. Ini ibaratnya dataran tinggi untuk evakuasi jika tsunami kembali terjadi," pungkasnya.
Editor : Agus Warsudi
gubernur jawa barat ridwan kamil gubernur ridwan kamil ridwan kamil bencana tsunami bencana tsunami aceh dampak tsunami gelombang tsunami gelombang tsunami aceh museum tsunami aceh
Artikel Terkait