Penyebutan Mambo sendiri, baru dikenal era 1970-an. "Dari dulu, di situ emang sudah ada aktivitas perdagangan, kalau sekarang dikenal PKL. Ada juga toko-toko, ya seperti sekarang ini. Adapun penyebutan Mambo baru sekitar 1977," kata penggiat sejarah dari Grup Madjalengka Baheula (Grumala) Naro, Sabtu (19/12/2020).
Tidak ada sumber pasti terkait penamaan Mambo. Namun, jelas dia, nama Mambo mungkin diambil dari jenis dagangan yang ada saat itu. Mambo, kata Naro, digunakan untuk menunjukkan jenis yang beraneka ragam.
"Dikenal juga ada es Mambo, karena warnanya banyak pilihan, beragam. Nah, di sana dulu sudah banyak pedagang, ada kopi, kacang rebus, dan tutut. Kalau toko, ada yang jual sembako. Dari beragamnya jenis itu, akhirnya masyarakat nyebut nama itu Mambo. Mungkin ya," jelas Naro.
Terkait luasan daerah yang disebut Mambo, tambah Naro, hanya sekitar 50 meter, atau dari lampu merah perempatan Jalan KH Abdul Halim sampai Perempatan Jalan A Yani. Era sekarang, daerah itu masuk ke kelurahan Majalengka Wetan.
Editor : Asep Supiandi
Artikel Terkait