BANDUNG, iNews.id - Di bawah kepemimpinan Ridwan Kamil, Pemprov Jawa Barat berlari dalam pembangunan ekonomi. Berbagai inovasi melalui digitalisasi diciptakan demi membuat ekonomi Jabar lumpat (berlari) alias melesat.
Salah satu terobosan yang dibuat adalah digitalisasi pajak di Badan Pendapatan Daerah (Bapenda) Jabar. Inovasi tersebut sukses membuat setoran pajak meningkat dan mendongkrak Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Kepala Bapenda Jabar Dedi Taufik mengatakan, tujuan dari digitalisasi pajak tak lain untuk mempermudah masyarakat dalam hal pembayaran pajak. Sehingga pendapatan daerah dari sektor pajak bisa meningkat.
"APBD juga kita target dari sisi pendapatan, memang pada saat 2020-2021 turun karena ada pandemi Covid-19. Tapi pendapatan sendiri 2022 ada perubahan. Berarti sudah naik lagi, sejak 2018 naik," kata Kepala Bapenda Jabar saat Diskusi Galang Aspirasi Politik (Gaspol) bertajuk "Ekonomi Jabar Melesat, Program Ridwan Kamil Sukses Mendarat di Masyarakat" di Grand Hotel Preanger, Kota Bandung, Kamis (27/7/2023).
Dedi Taufik menyatakan, kontribusi pajak untuk PAD terus meningkat setiap tahunnya di era Gubernur Jabar, Ridwan Kamil. Bahkan, kontribusi PAD terhadap APBD Jabar jumlahnya mencapai 57 persen.
Terdapat lima komponen pajak, ujar Dedi Taufik, yaitu, Pajak Kendaraan Bermotor (PKB), Biaya Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB), Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB), Pajak Air Permukaan, dan Pajak Rokok.
Untuk meningkatkan pendapatan dari lima sektor pajak itu, Bapenda Jabar membuat terobosan sistem pajak, baik untuk PKB, BBNKB, PBBKB, pajak air permukaan, maupun pajak rokok yang tujuan utamanya mempermudah pelayanan pembayaran pajak.
Transaksi yang dicatatkan melalui digital di aplikasi pada 2021 mencapai Rp500 miliar. Setahun berselang ada 741 ribu transaksi pembayaran pajak dengan nilai penerimaan mencapai hampir Rp700 miliar.
"Kami melihat digitalisasi ini penting dalam rangka mendukung pengelolaan pembangunan maupun pengelolaan perpajakan," ujar Dedi Taufik.
Di sisi lain, Ridwan Kamil sejak awal masa kepemimpinan berupaya mempersempit kesenjangan pembangunan antara kota dan desa. Salah satu program yang diluncurkan adalah Desa Digital.
Dewan Eksekutif Tim Akselerasi Pembangunan Gubernur Jabar Juwanda mengatakan, teknologi melaju pesat di Jabar. Bahkan, penetrasi penggunaan smartphone ternyata sudah lebih dari 70 persen.
"Tapi sayangnya ketika kita lihat cek penggunaannya, masih banyak menggunakan smartphone atau internet itu untuk sosial media, entertainment, sangat sedikit yang menggunakan untuk hal-hal yang bisa meningkatkan kapasitasnya," kata Juwanda.
Persoalan lain adalah penetrasi internet pun masih terkonsentrasi di kota. Oleh karenanya, ide Desa Digital Ridwan Kamil hadir tidak hanya sebatas pada akses, melainkan pada konten yang meningkatkan level kesejahterannya.
"Bagaimana teknologi bisa mengangkat, menghidupkan masyarakat kita di desa. Gimana internet itu bukan hanya bahan penyebaran hoaks, tapi meningkatkan indeks literasi kita," ujar dia.
Juwanda menyebut, salah satu contoh nyata digital mengubah kehidupan dan cara pandang adalah hadirnya startup yang berstatus unicorn di Jabar. Startup yang fokus di area perdesaan dan berbasis di Jabar itu adalah e-Fishery.
"Kalau di dunia startup dulu ada kesan, kalau mau besar, punya duit lebih triliunan itu ke Jakarta. Itu zaman dulu. Dengan e-Fishery, orang Bandung, orang Jabar bisa mempunyai bisnis dengan cara digital," tutur Juwanda.
Menurutnya, cikal bakal e-Fishery seperti saat ini bermula pada akhir 2018. Saat itu Pemprov Jabar bekerja sama dengan sejumlah stakeholder meluncurkan Kampung Perikanan Digital di Desa Puntang, Kecamatan Losarang, Kabupaten Indramayu.
Kampung Perikanan Digital di Desa Puntang tersebut yang dilengkapi dengan aplikasi eFishery, yakni bisa mengatur sistem pemberian pakan ikan, alat-alatnya dimodali oleh Pemprov Jabar. Bahkan, Universitas Telkom pun saat itu turut terlibat.
"e-Fishery alhamdulillah sekarang jadi unicorn, atau startup yang mendapatkan saldo asing triliunan. Itu pertama di Indonesia yang lokasinya bukan di Jakarta," ucap dia.
Kang Ajun, sapaannya mengaku sangat bangga dengan apa yang dilakukan e-Fishery. Hal itu membuktikan bahwa Jabar bisa menjadi pusat teknologi, khususnya di Kota Bandung.
"Kita banyak sekali menyebarkan komputer, alat-alat digital di desa dengan harapan dia bisa ditraining marketplace Tokopedia, Shopee, gimana caranya produk mereka bisa dijual di marketplace," ujar Kang Ajun.
Selain itu, tutur Kang Ajun, Gubernur Jabar Ridwan Kamil memiliki visi ke depan layanan publik tidak perlu lagi datang ke kantor namun cukup diakses melalui aplikasi Sapawarga.
"Kita harusnya pusat pemerintahan atau layanan itu sepi dari antrean karena warganya mengakses semua layanan dari rumah seperti Estonia," tutur dia.
Kang Ajun mengatakan, Estonia pada tahun 90'an lebih miskin dibanding Indonesia. Namun, saat ini, jumlah per kapita Estonia mencapai Rp600 juta per tahun.
"Kuncinya digitalisasi. Di Estonia, mau ngurus apa pun dari rumah. Kalau misalkan ke dokter, gak perlu kartu rumah sakit, kita mau ngambil resep obat, ngambilnya pake KTP. Anak lahir langsung dapat KTP, KK, akta, BPJS dan sekolahnya tahu di mana. Ini penting karena dengan digital, kita bisa menjadi negara maju," ucap Kang Ajun.
Pembangunan desa di era Ridwan Kamil menurutnya berbuah signifikan dan luar biasa. Tercatat kondisi strata desa di Jabar pada 2022 adalah 1.671 desa berkembang, 2.511 desa maju, dan 1.130 desa mandiri dan tidak ada lagi desa tertinggal dan desa sangat tertinggal.
"Kriteria itu hasil penilaian Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi," katanya.
Editor : Agus Warsudi
akses perekonomian digital ekonomi digitalisasi ekonomi ekonomi ekonomi 2023 Ekonomi Jabar Pertumbuhan Ekonomi Jabar digitalisasi digitalisasi birokrasi digitalisasi daerah
Artikel Terkait