BANDUNG BARAT, iNews.id - Madona menjadi bus primadona di wilayah Bandung raya pada periode tahun 1980 hingga 2000-an. Bahkan, bisa disebut jadi pionir angkutan antarkota pertama khusus di Kabupaten Bandung Barat (KBB).
Meski sudah ada sejak tahun 1980-an, ternyata Bus Madona masih mengaspal hingga kini. Bus tersebut di antaranya melayani penumpang dari Kota Bandung menuju wilayah selatan KBB, seperti Cililin hingga Sindangkerta. Namun, bus yang identik dengan warna birunya itu kini tidak segagah dan menjadi primadona seperti dulu.
Masa keemasan Bus Madona dikenang Uneh (56) warga asal Desa Sindangkerta. Dia masih ingat betul pengalamannya naik Bus Madona jurusan Sindangkerta-Leuwipanjang tahun 1995. Saat itu, dia hendak pergi ke Pasar Baru Bandung untuk belanja pakaian anyar. Dia hanya memebayar ongkos Rp500-1.500 untuk sekali perjalanan.
"Saya dapat bagian duduk di belakang. Ngetem bus gak lama, paling cuma 10 menit. Tapi semua bangku terisi penuh," tutur Uneh, belum lama ini.
Penumpang Bus Madona sudah nyaris penuh sejak dari Terminal Sindangkerta ketika itu. Perjalanan dimulai, dan ternyata masih ada penumpang yang menunggu di pinggir jalan.
Beberapa orang naik dari daerah Rancapanggung, Alun-alun Cililin, dan Pasar Batujajar. Saking ramainya, banyak di antara penumpang terpaksa berdiri bahkan naik di atap bus.
Penumpang bus mulai berkudang sesampainya di Kota Cimahi, dan akan dinaiki penumpang di kawasan Cimindi.
Pada masanya, Bus Modona tak berhenti lalu-lalang setiap 10 menit sekali, di Jalan Raya Sindangkerta-Bandung. Total armada bus ini mecapai 46 unit, dengan rincian jurusan Sindangkerta-Leuwipanjang 28 armada, Cijenuk-Ciroyom 11 armada, dan Cijenuk-Leuwipanjang 7 armada.
"Mungkin karena bus pertama yang dikenal, jadi kalau mau kemana-mana, terutama ke Bandung pasti naik Madona," ucap Uneh.
Seperti bus kota lainnya, Madona punya hiburan rakyat yang khas yakni, dendang balada atau tembang Sunda, dari para seniman jalanan. Tak lupa sajian kuliner istimewa dari pedagang asongan.
"Paling berkesan waktu itu, mendengar musik pengamen nyanyi lagu Sunda. Karena enak suaranya jadi pengantar perjalanan," ujar Uneh.
Kini masa keemasan Bus Madona sudah berlalu. Ada beberapa faktor penyabab Bus Madona tak dilirik lagi oleh masyarakat. Misalnya, minimnya dukungan pemerintah untuk mewujudkan sistem transportasi massal yang terintegrasi.
Editor : Asep Supiandi
Artikel Terkait