DEPOK, iNews.id – Wasis Nur Iman tidak menampik usaha isomay yang dirintisnya bisa berkembang tidak lepas dari bantuan pinjaman modal BRI.
Dia mengenal KUR BRI dari temannya semasa masih ikut berjualan. Wasis lalu mencoba mengajukan pinjaman KUR BRI.
“Awalnya saya ngajuin pinjaman Rp25 juta pada 2014 dan diterima. Pinjaman modal itu saya pakai untuk mengembangkan usaha buat beli motor bekas sama gerobak,” ujarnya kepada iNews.id beberapa waktu lalu.
Dua tahun setelah pinjaman pertama lunas, Wasis dapat tambahan modal kembali dari BRI dengan nilai pinjaman lebih besar Rp50 juta. Setelah lunas, Wasis ditawari lagi pinjaman KUR. Nilainya sama Rp50 juta.
Track record Wasis yang mampu melunasi pinjaman tepat waktu membuatnya kembali dipercaya menambah modal usaha. Pada 2023 lalu, Wasis mendapat kucuran modal dari BRI senilai Rp75 juta.
Wasis mengaku pinjaman modal dari BRI sangat membantu kelangsungan usahanya. Dia tidak bisa membayangkan seandainya tidak ada pinjaman modal dari bank pemerintah tersebut.
“Bagi saya, BRI benar-benar ngebantu. Tanpa BRI, saya tidak bakal bisa begini. Saya akui memang untuk usaha BRI benar-benar membantu. Saya gak bisa berkembang cepat tanpa BRI. Misalnya, beli motor bekas buat usaha kan kalu beli cash jadi murah dibandingkan misalnya kredit jatuhnya lebih mahal lagi. Kalau ditotal sampai sekarang sudah empat kali. Yang keempat ini saya pakai Kupedes BRI,” paparnya.
Dari pinjaman modal usaha BRI itu, Wasis mengembangkan sayap bisnisnya di wilayah Sawangan yang baru dirintisnya setahun lalu. Dia pun berencana membuka dapur siomay di kawasan Bintaro. “Doakan saja semoga terlaksana,” ucapnya.
Awal Mula Usaha
Bisnis siomay yang dirintis Wasis Nur Iman ternyata melalui proses perjuangan panjang. Sebelum terjun ke bisnis kuliner, Wasis malang melintang menggeluti beragam pekerjaan mulai dari petugas cleaning service hingga menjadi pedagang mainan anak-anak.
Pria kelahiran Nganjuk 1978 itu menuturkan awal mula menggeluti bisnis siomay yang kini sudah memiliki nama paten Siomay Gondrong.
Roda nasib mulai berpihak ke Wasis pada 2010. Dia ikut saudaranya sebagai karyawan sekaligus menjual siomay gondrong di Pondok Gede, Jakarta Timur. Nama itu didapat lantaran sang pemilik berambut gondrong.
Tiga tahun berjalan, pemilik siomay gondrong menjual usahanya karena terus merosot. Meski sudah beberapa kali dipegang pihak lain, usaha siomay gondrong tak kunjung membaik. Wasis lalu dipercaya untuk mengelola langsung bisnis tersebut dengan membeli merek dagangnya sebesar Rp200 juta.
“Kebetulan, bos saya pemilik siomay gondrong itu nikah sama saudara saya. Saya berani ambil usaha siomay itu karena saya pikir prospek ke depannya bagus. Alhamdulillah jadi. Terus dijual dan saya beli senilai Rp200 juta. Saya pinjam uang ke saudara saya waktu itu,” katanya.
Wasis kemudian membuka usaha siomay di kawasan Abadijaya, Kota Depok. Bakat dan jiwa dagang Wasis pun mulai terasah di usaha siomay.
Editor : Kastolani Marzuki
Artikel Terkait