Menurut dia, naiknya konsumsi kelas menengah atas diharapkan dapat mendorong ekonomi sehingga tak terjurumus ke jurang resesi. Karena konsumsi menjadi acuan bagi ekonomi Indonesia. Bila konsumsi loyo, seberapapun peran kebijakan fiskal yang dilakukan, tidak akan optimal. "Konsumsi akan memberi multiplier effect besar," ujar dia.
Kendati begitu, tutur Teguh, pemerintah harus paham alasan kalangan kelas menengah atas senang menyimpan dananya di bank. Hal ini tak lepas dari kondisi keamanan dan risiko kesehatan yang mungkin masih mereka khawatirkan. Mereka enggan belanja baju lantaran belum ada kepercayaan melakukan perjalanan wisata atau lainnya.
Mestinya, pemerintah secepatnya menurunkan kasus Covid-19. Sehingga masyarakat merasa aman dan nyaman lakukan aktivitas ekonomi. Kendati saat ini aktivitas mulai longgar, namun masyarakat belum terlalu nyaman, lantaran masih ada kasus penuaran Covid-19.
"Sekarang sudah longgar, tapi belum maksimal. Jadi masyarakat belum terlalu nyaman. Karena, duitnya itu sebenarnya ada di bank, likuiditas gak ada masalah. Tapi orang enggan keluarkannya," tutur Teguh.
Lebih lanjut Teguh mengatakan, komisi resesi yang terjadi di Indonesia, adalah cerminan kondisi riil ekonomi masyarakat saat ini. Bahwa pendapatan masyarakat turun akibat perlambatan aktivitas produksi dan konsumsi.
Editor : Agus Warsudi
Artikel Terkait