Ridwan Kamil menilai, rencana pembangunan IKN Nusantara di Kalimantan boros lahan. (Foto: Ilustrasi/Dok)

Jika IKN didesain sebagai kota yang nyaman ditinggali, kata Kang Emil, maka fungsi livability harus dimiliki. Namun, dia menyebut, paradigma membangun dalam skala besar masih terjadi dalam perencanaan IKN. 

"Saya kira boros lahan menjadi sebuah kebiasaan di kita, kalau membangun skala besar itu cenderung suka luas-luasan," sebutnya. 

Dia mencontohkan, luasan Washington DC yang hanya mencapai 17.000 hektare atau setara dengan luasan Kota Bandung. Dengan luas IKN yang luar biasa tersebut, pihaknya khawatir masyarakat yang hendak mengakses istana negara mirip memasuki kawasan industri. 

Karena itu, pihaknya mengingatkan bahwa dalam mendesain ruang sebuah kota ataupun IKN, maka pembangunan harus berprinsip seperti membuat baju, tidak sempit dan longgar.

"(Kegagalan) itu terjadi di Brazilia, itu terjadi di Ibu Kota Myanmar, di mana-mana. (pembangunan fisik) Berusaha menaklukan tanah seluas-luasnya, lupa bahwa manusia itu punya batas-batas psikologis, batas-batas motoris yang harus disusun," paparnya.


Editor : Asep Supiandi

Halaman Selanjutnya
Halaman :
1 2 3 4
BERITA POPULER
+
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network