Pihaknya mencatat, total ekspor pada bulan Desember 2020 yang dibukukan oleh 12 perusahaan tersebut mencapai US 37,43 Juta dolar atau setara Rp542,74 miliar dengan produk berupa technical textile dan masker, APD, alas kaki, furnitur rotan, microfiber (cloth, pad/poly edge, sponge cloth), makanan ringan (sumpia/spring roll), hingga perhiasan emas.
"Volume ekspor dari 12 perusahaan tersebut sebanyak 40 kontainer, 10 truk box dengan berat 669 kilogram. Jadi, dari sisi nilai dan volume cukup besar. Ini membuktikan bahwa para pelaku ekspor di Jabar masih bisa strugle di tengah pandemi Covid-19," katanya.
Arifin juga menilai, ekspor yang dilakukan oleh UKM menunjukan bahwa kegigihan pelaku usaha kecil di tengah pandemi begitu tinggi. Dari 40 kontainer yang dikirim ke luar negeri, kata Arifin, pelaku UKM mengirim lebih dari 10 kontainer.
"UKM ini produk furnitur yang diminati pasar di Eropa, Amerika, dan Australia. Semoga bisa memicu para pelaku usaha lain,” katanya.
Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan (BPPP) Kementerian Perdagangan (Kemendag), Oke Nurwan mengakui, potensi ekspor di Jabar menjadi yang terbesar.
Pihaknya akan terus mengoptimalkan potensi tersebut, sehingga dapat mengerek pendapatan negara melalui devisa serta memangkas defisit transaksi berjalan.
"Pertumbuhan ekonomi di Indonesia mulai kembali bergerak sejak penurunan semester satu. Walaupun sekarang masih negatif, tapi trennya sudah menuju positif," ujarnya.
Editor : Nani Suherni
Artikel Terkait