Total 3.000 Rumah di Dayeuhkolot Bandung Terendam Banjir Luapan Sungai Citarum
BANDUNG, iNews.id - Banjir akibat luapan Sungai Citarum, merendam 3.000 rumah warga di Desa/Kecamatan Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung. Sebagian warga Desa Dayeuhkolot mulai mengungsi ke tempat aman.
Bencana banjir luapan Sungai Citarum ini sebenarnya sudah menjadi langganan bagi warga Dayeuhkolot dan Baleendah, setiap musim hujan tiba. Kali ini, banjir merendam permuikman warga sejak Senin (18/4/2022) setelah hujan deras mengguyur Bandung Raya semalaman sejak Minggu (17/4/2022) malam.
Hingga Rabu (20/4/2022) siang, ribuan rumah warga di Desa Dayeuhkolot masih terendam banjir luapan. Ketinggian air yang menggenangi rumah warga bervariasi 50-100 sentimeter (cm).
"Akibat banjir ini, sebanyak 3.000 rumah di 14 rukun warga (RW) di Desa Dayeuhkolot kebanjiran," kata Kepala Desa Dayeuhkolot Yayan Setiana.
Yayan Setiana menyatakan, sebagian besar warga memilih bertahan di lantai dua rumah mereka. Tetapi beberapa warga mulai mengungsi ke posko pengungsian yang disediakan oleh pemerintah, salah satunya di Gedung PMI Dayeuhkolot. "Di posko pengungsian ini/ terdapat 19 kepala keluarga dan terdiri 56 jiwa," ujar Yayan Setiana.
Kades Dayeuhkolot mengimbau warga tetap waspada mengingat hujan deras dengan intensitas tinggi dan durasi lama yang menjadi faktor pemicu meluapnya air Sungai Citarum masih akan terjadi hingga akhir April 2022 ini.
Selain permukiman warga, banjir juga menggenangi Jalan Raya Dayeuhkolot-Banjaran. Kemacetan parah terjadi di kawasan ini, terutama saat pagi dan sore. Aktivitas warga Dayeuhokolot, Baleendah, dan sekitarnya sangat terganggu.
Warga yang terpaksa harus bekerja menggunakan transportasi perahu untuk mencapai titik yang tak terendam banjir. Dari titik ini, mereka menggunakan transportasi delman untuk ke tempat kerja.
Terpantau, beberapa perahu berusaha menyusuri gang-gang sempit untuk mengantar jemput warga yang hendak bepergian. Hanya saja tidak semua lokasi banjir dapat diakses oleh perahu. Sehingga banyak warga terpaksa menerobos banjir dengan berjalan kaki.
Editor: Agus Warsudi