get app
inews
Aa Text
Read Next : Viral Video Peternak di Pasuruan Buang Ribuan Liter Susu Dampak Pembatasan Kuota 

Temuan Terbaru, Ini Sejumlah Manfaat dan Kebaikan Susu Sapi A2

Senin, 22 Maret 2021 - 23:41:00 WIB
Temuan Terbaru, Ini Sejumlah Manfaat dan Kebaikan Susu Sapi A2
Profesor Kehormatan Sistem Agri-Food dari Lincoln University, Selandia Baru Profesor Keith Woodford menjelaskan manfaat susu A2. (Foto: Istimewa)

BANDUNG, iNews.id - Sebagian besar masyarakat mungkin belum tahu tentang manfaat dan kebaikan susu sapi A2. Berdasarkan hasil penelitian terbaru, susu sapi A2 Baik untuk saluran cerna, mendukung imunitas, dan mengurangi risiko penyakit serius.

Kandungan manfaat dan kebaikan susu sapi A2 tersebut dipaparkan Profesor Kehormatan Sistem Agri-Food dari Lincoln University, Selandia Baru Profesor Keith Woodford saat menjadi pembicara dalam dalam acara PDGKI yang bertema “A Closer Look in Malnutrition and Malabsorption: The Acknowledgment of Beta-Casein A2’s Benefit” belum lama ini. 

Profesor Keith Woodford berpengalaman dan memiliki kepedulian terhadap manfaat besar susu sapi A2 yang dalam bahasa ilmiah disebut beta-kasein A2.

Fakta-fakta terbaru tentang susu sapi A2, kata Prof Keith Woodford, yaitu bersifat mudah dicerna karena terdiri dari 100 persen beta-kasein A2, mengurangi risiko penyakit serius, dan baik untuk meningkatkan imunitas tubuh.

“Awalnya, semua sapi merupakan ‘tipe A2’. Istilah ‘A2’ mengacu pada karakteristik beta-kasein dalam susu. Beta-kasein adalah jenis protein yang penting yang terdapat dalam semua susu mamalia. Adanya mutasi genetika sapi membuat munculnya sapi A1 yang menghasilkan susu sapi yang mengandung beta-kasein A1 dan susu sapi A2 yang mengandung beta-kasein A2," kata Prof Keith Woodoford.

Dia mengemukakan, beta-kasein A1 dicerna secara berbeda dibandingkan dengan beta-kasein A2. Beta-kasein A1 melepaskan fragmen yang disebut sebagai beta-casomorphin-7 (BCM-7). 

Fragmen BCM-7 inilah, ujar Prof Keith, yang menyebabkan timbulnya masalah kesehatan pada tubuh. Di antaranya, masalah pencernaan (banyak orang yang beranggapan ini adalah reaksi intoleransi laktosa.

"Padahal itu adalah intoleransi terhadap beta-kasein A1, penyakit jantung, diabetes tipe 1, dan autoimun,” ujarnya.

Perbedaan jenis sapi yang menghasilkan Susu A1 dan susu A2. (Foto: istimewa)
Perbedaan jenis sapi yang menghasilkan Susu A1 dan susu A2. (Foto: istimewa)

Prof Keith Woodford menuturkan, Beta-casomorphin-7 (BCM-7) yang terkandung dalam susu sapi A1 dapat mengakibatkan efek jangka panjang bagi kesehatan. Organ tubuh manusia memiliki apa yang disebut dengan reseptor mu-opioid (-opioid). 

Apabila BCM-7 masuk ke dalam sistem peredaran darah, tutur dia, BCM-7 kemudian mengalir ke organ tubuh yang memiliki reseptor mu-opioid dan menempel pada reseptor ini. Jika berakumulasi dalam jangka panjang memberikan efek negatif terhadap kesehatan. 

"Organ yang dapat terpengaruh termasuk jantung, paru-paru, pankreas, ginjal, dan otak. Oleh karena itu, BCM-7 merupakan salah satu faktor pemicu resiko penyakit jantung, diabetes tipe 1, berbagai kondisi pernapasan hingga berpengaruh pada kesehatan psikologis dan mental," tutur Prof Keith. 

Namun, ungkap Prof Keith, juga dipengaruhi oleh genetika individu masing-masing. BCM-7 menyebabkan inflamasi (peradangan), baik di saluran pencernaan maupun di organ dalam. 

Selain itu, juga mengarah kepada kondisi autoimun, di mana tubuh menyerang dirinya sendiri. Diabetes tipe 1 dan penyakit jantung merupakan dua contoh penyakit autoimun. 

"Kerentanan terhadap penyakit autoimun tertentu dapat dipengaruhi pula oleh faktor genetik. Tetapi semakin terbukti bahwa beta-kasein A1 merupakan pemicu penting," ucapnya.

Selain itu, BCM-7 juga dapat menyebabkan peradangan di dalam sistem pencernaan manusia. Senyawa ini juga memperlambat jalannya makanan, sehingga meningkatkan kemungkinan fermentasi laktosa (gula susu) yang menyebabkan kembung, sakit perut, mual dan rasa tidak nyaman pada perut atau biasa dikenal dengan intoleransi laktosa.

“Solusi untuk mengurangi risiko terhadap permasalahan kesehatan ini adalah dengan mengurangi konsumsi susu sapi biasa (A1) 100 persen. Susu sapi A2 yang hanya memiliki kandungan beta-kasein A2 sehingga lebih mudah dicerna oleh tubuh manusia," ujar Prof Keith. 

Saat tubuh mengonsumsi susu sapi A2 dan mencerna beta-kasein A2, tutur dia, tidak akan terbentuk senyawa BCM-7 sehingga tidak akan menimbulkan efek pada kesehatan manusia, seperti rasa tidak nyaman pada perut ataupun resiko penyakit serius lainnya.

Pada awal 1990-an, tutur Prof Keith, anak-anak Samoa yang tinggal di Selandia Baru terkena penyakit diabetes tipe-1 sehingga diperlukan suntikan insulin setiap hari. 

Akan tetapi di Kenya, anak-anak yang mengonsumsi susu sapi dalam jumlah tinggi justru tidak terkena penyakit tersebut. Berdasarkan studi kasus yang dilakukan oleh Profesor Bob Elliott, ditemukan bahwa susu sapi di Kenya mengandung beta-kasein A2. 

"Karena itu, jelas bahwa penyebab utamanya bukanlah berapa banyak susu sapi yang dikonsumsi, namun berapa banyak kandungan beta-kasein A1 yang dikonsumsi. Kandungan proporsi beta-kasein A1 di dalam susu sapi di berbagai negara sangat bervariasi. Dalam hal ini, menunjukkan bahwa tingkat diabetes tipe-1 di berbagai negara berkorelasi sangat erat dengan jumlah kandungan beta-kasein A1 yang dikonsumsi oleh manusia," tutur Prof Keith.

Prof Keith menyatakan, susu sapi A2 juga memiliki kebaikan untuk kekebalan tubuh manusia karena konsentrat protein yang diproduksi secara alami terbukti meningkatkan glutathione intraseluler yang merupakan pilihan untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh. 

Pada manusia, air susu ibu (ASI) juga mengandung 100 persen beta-kasein A2 tanpa ada kandungan beta-kasein A1 sehingga tidak menimbulkan masalah pada bayi dan meningkatkan imunitas tubuh bayi. 

“Ilmu pengetahuan baru selalu menjadi perdebatan, oleh karena itu awalnya susu sapi A2 merupakan sesuatu yang kontroversial. Penemuan ini membuat industri susu menjadi khawatir dan mereka berupaya untuk menyangkal hal ini. Namun, seiring waktu berjalan, industri susu mulai mengakui kebenaran temuan ini. Kini beberapa perusahaan susu global sudah mulai memproduksi produk susu sapi A2,” kata Profesor Keith. 

Editor: Agus Warsudi

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya

iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut