Sosok Jatayu Bakal Muncul dan Menyapa Masyarakat di Helaran Budaya Cianjur 2022
BANDUNG, iNews.id - Helaran budaya akan kembali digelar di Kabupaten Cianjur pada Sabtu (20/8/2022). Dalam helaran budaya untuk memeriahkan HUT Kabupaten Cianjur dan HUT Kemerdekaan RI itu bakal muncul sosok Jatayu.
Jatayu merupakan tokoh pewayangan dalam bahasa Sunda. Jatayu diidentikkan sebagai satwa langka Elang Jawa atau burung Garuda. Sosok Jatayu ditampilkan dalam helaran itu sebagai bentuk keprihatinan para seniman terhadap satwa dilindungi tersebut.
Direktur Program Yayasan Kebudayaan Lokatmala Indonesia Dika Dzikriawan mengatakan, helaran budaya ini sangat dinantikan masyarakat Cianjur. Sebab, selama dua tahun, helaran tidak digelar lantaran pandemi Covid-19.
Biasanya, helaran budaya setiap tahun selalu digelar pada Juli dan Agustus. Helaran diselenggarakan pada 12 Juli untuk memperingati hari jadi Kabupaten Cianjur. Sedangkan pada 17 Agustus adalah hari proklamasi kemerdekaan.
"Helaran Budaya Cianjur menjadi puncak dari kedua kegiatan tersebut yang diinisiasi Pemkab Cianjur dengan melibatkan seluruh komponen masyarakat," kata Direktur Program Yayasan Kebudayaan Lokatmala Indonesia, Kamis (18/8/2022).
Setiap acara helaran, ujar Dika Dzikriawan, selalu ditampilkan aneka ragam budaya Cianjur termasuk iring-iringan Kuda Kosong. Biasanya Kuda Kosong menjadi salah satu primadona dan menjadi ikon utama. Sehingga helaran budaya Cianjur selalu diidentikkan dengan nama Pawai Kuda Kosong tersebut.
“Helaran ini milik warga Cianjur yang memang seharusnya pemerintah hadir di dalamnya. Kami tentu berterima kasih kepada Pemkab Cianjur yang kembali mendukung pesta rakyat ini setelah pandemi Covid-19 mereda,” kata Dika Dzikriawan yang juga Tenaga Ahli Cagar Budaya (TACB) Kabupaten Cianjur itu.
Dika Dzikriawan menuturkan, selain Kuda Kosong, dalam helaran tersebut nanti akan tampil sosok jatayu. "Jatayu merupakan sebuah konsep tari jalanan menggunakan egrang yang akan ditampilkan oleh koreografer sekaligus penari Wina Rezky Agustina," tutur Dika Dzikriawan.
Elang Jawa Penjaga Belantara Nan Perkasa
Wina Rezky Agustina merupakan salah satu Tim Penyusun Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah (PPKD) Kabupaten Cianjur. Dia menampilkan tarian Jatayu sebagai simbol keprihatinan terhadap langkanya salah satu satwa endemik penghuni hutan-hutan Cianjur, Elang Jawa (Nisaetus Bartelsi).
"Elang Jawa sering juga disebut Burung Garuda, merupakan salah satu burung pemangsa (raptor) penting di kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango," ucap Dika Dzikriawan.
Berdasarkan hasil monitoring populasi Elang Jawa yang dilaksanakan pada 2018 di empat lokasi, seperti di Blok Geger Bentang, Blok Danau Mandalawangi, Blok Ciheulang, dan Blok Citatah diketahui bahwa jumlah perjumpaan Elang Jawa selama pengamatan sebanyak 17 kali dengan total perkiraan individu yang teramati saat monitoring adalah enam individu.
“Mudah-mudahan kini sudah tahun 2022 bertepatan dengan Hari Proklamasi ke-77 tahun dan hari jadi ke-345 Cianjur, Elang Jawa atau burung Garuda itu masih ada dan menghuni hutan-hutan Cianjur,” ujar Dika.
Sementara itu, Wina Rezky Agustina mengatakan, Jatayu dalam Helaran Budaya Cianjur 2022 bukan sekedar burung perkasa penjaga belantara. Jatayu adalah kawan terbang sang pemilik kebijaksanaan (Wisnu) untuk memanusiakan manusia, pemilik cahaya terang bagi kehidupan yang penuh warna.
Dalam dunia pewayangan, Jatayu, dikenal sebagai putra ketiga Rsi Brisawa yang berarti masih keturunan langsung Dewi Brahmaistri, putri Batara Brahma. Dia mempunyai tiga saudara kandung bernama Garuda Harna, Garuda Brahman, dan Sempati.
Jatayu dikisahkan berkawan dekat dengan Prabu Dasarata, Raja Ayodya. Mereka bersahabat sejak kecil karena kakek Prabu Dasarata yaitu Batara Kandikota juga merupakan karib seperjuangan dengan Rsi Briwawa.
Ketika Sita atau Sinta menjerit-jerit karena dibawa kabur oleh Rahwana, Jatayu yang sedang berada di dahan sebuah pohon mendengarnya. Dia melihat ke atas, dan tampak Rahwana terbang membawa Sita, puteri Prabu Janaka.
“Jatayu merasa bertanggung jawab terhadap keselamatan Sita. Jiwa ksatrianya meluap-luap, Jatayu yang renta tidak gentar untuk melawan Rahwana. Dia menyerang dengan segenap tenaganya. Hingga sayapnya ditebas dengan pedang. Tubuhnya terjatuh ke tanah dan darahnya bercucuran,” kata Wina.
Jatayu tidak mati, dari darahnya dan tubuhnya yang lunglai muncul bunga-bunga harum mengangkasa. Arwahnya dijemput ratusan dewa-dewi dengan nyanyian merdu serta iringan gamelan surgawi.
“Dialah Garuda Nusantara yang kini menjadi lambang sebuah bangsa bernama Indonesia. Karena itu mari nantikan Jatayu tampil menyapa hadirin di Helaran Budaya Cianjur pada Sabtu 20 Agustus 2022,” ujar Wina.
Wina menuturkan, Jatayu akan berkolaborasi dengan Sanggar Medalsari Karangtengah, Kecamatan Karangtengah, dan Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Cianjur. Persembahan helaran budaya Kurung nu Nguntuy diperkirakan akan menjadi salah satu perhatian pengunjung.
Kurung nu Nguntuy adalah sebuah modifikasi dari kecakapan masyarakat Kampung Kabandungan, Desa Sindangasih, Kecamatan Karangtengah yang dikenal sebagai pembuat istana megah atau kurung bagi berbagai jenis burung peliharaan.
Kerajinan sangkar burung yang dibuat secara rumahan ini telah berkembang menjadi UMKM berskala nasional. Sebab dari pembuatan sangkar burung tersebut telah membawa Karangtengah dan Cianjur ke kancah dunia. Terutama di bidang kerajinan tangan berbasis kerakyatan.
Editor: Agus Warsudi