Selama Ramadan, Percetakan Alquran Braille di Bandung Kebanjiran Pesanan
BANDUNG, iNews.id - Percetakan Yayasan Wyataguna di Jalan Pajajaran, Kota Kandung, kebanjiran pesanan Alquran Braille selama bulan suci Ramadan 1442 Hijriah. Pesanan Alquran Braille meningkat 50 persen pesanan dibanding hari-hari biasa.
Namun karena keterbatasan alat, setiap hari, percetakan ini hanya bisa menghasilkan tiga set Alquran Braille khusus tunanetra itu.
Pantauan suasana di percetakan Alquran di kawasan Yayasan Wyataguna, Jalan Pajajaran, Kota Bandung, suara mesin antik tahun 1952 terdengar setiap hari di percetakan tersebut untuk memproduksi ribuan lembar huruf Braille.
Pada ulan suci Ramadan, percetakan tersebut dapat memproduksi seratus set Alquran dengan huruf Braille. Setiap huruf Alquran dengan teliti diketik ulang dengan menggunakan mesin ketik zaman dulu, stereotipe.
Setelah proses tersebut, para pekerja menyimpannya ke dalam alat pencetak. Satu per satu kertas dipress untuk menghasilkan huruf Braille. Setelah proses panjang, barulah seluruh kertas dengan tulisan huruf Braille disusun hingga mendapatkan satu set Alquran.
Menurut Sofyan, pekerja di percetakan Yayasan Wyataguna, setiap hari tiga set Alquran khusus tuna netra dapat diproduksi. "Produksi Alquran dengan huruf Braille ini sudah disalurkan ke seluruh penjuru Indonesia bagi penyandang disabilitas," kata Sofyan yang merupakan staf Processing Braille di Percetakan Yayasan Wyataguna.
Sofyan mengemukakan, percetakan Braille di Yayasan Wyataguna Bandung berdiri sejak 1973. Yang dicetak, bukan cuma Alquran, tetapi juga buku-buku pelajaran, soal ujian nasional berhuruf Braille.
"Dulu semua buku pelajar maupun soal ujian nasional berhuruf Braille dicetak di sini. Namun sejak tahun 2000-an, Kementerian Pendidikan menyebar sentra-sentra Braille. Sehingga kami menjadi lebih ringan," kata Sofyan.
Mesin cetak huruf Braille yang digunakan di Percetakan Yayasan Wyataguna didatangkan ke Indonesia pada 1952, sumbangan dari Helen Keller International. Mesin ini hanya enam unit di seluruh dunia karena dibuat untuk sosial bukan dikomersilkan.
"Kata penyumbangnya, mesin yang di Wyataguna ini satu-satunya yang masih ada. Yang lima itu (lima mesin cetak Braille lainnya), gak tau bangkainya di mana gitu," ujar Sofyan.
Disinggung soal perawatan mesin mengingat usianya sudah tua, menurut Sofyan, cukup mudah. Yang penting jangan lupa memberikan pelumas atau oli saat terdengar suara aneh dari meesin. "Untuk perawatan ya, asal jangan lupa kasih oli aja. Kalo udah kedengaran suara-suara aneh, banjur (siram) ku (dengan) oli," tuturnya.
Kapasitas produksi, mesin cetak yang ada mampu menghasilkan 800 lembar cetakan berhuruf Braille per jam. "Namun untuk Alquran, paling bisa itu tiga set Alquran Braille. Artinya, 100 Alquran Braille per bulan, kurang lebihnya seperti itu," ucap Sofyan.
Selain di dalam negeri, seperti Jawa Tengah dan Jawa Timur, pesanan Alquran dengan huruf Braille ini juga banyak dipesan oleh penyandang tunanetra di Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Nusa Tenggara Timur (NTT). "Pesanan dari luar negeri gak banyak paling dari Malaysia dan Singapura. Itu pun cuman satu," tutur Sofyan.
Kebutuhan akan Alquran Braille sangat tinggi. Sebab minat penyandang tunanetra untuk membaca Alquran meningkat. Mereka juga ingin bisa membaca ayat suci Alquran seperti umat Islam lainnya.
Editor: Agus Warsudi