Sedih, Puluhan Siswa SD di KBB Tak Punya Komputer untuk ANBK
BANDUNG BARAT, iNews.id - Gegara tidak punya komputer dan laptop, puluhan siswa dari tiga sekolah dasar (SD) di Kecamatan Cipeundeuy, Kabupaten Bandung Barat (KBB), terpaksa numpang ke sekolah lain untuk mengikuti Asesmen Nasional Berbasis Komputer (ANBK). Sekolah yang jadi tempat penyelenggara simulasi ANBK adalah SD Cipeundeuy 2.
Sementara yang ikut menumpang adalah siswa dari SD Banjarsari, SD Rawasari, dan SD Ciptakarya. Total ada 256 siswa kelas 5 yang mengikuti simulasi ANBK yang dijadwalkan digelar selama empat hari di sekolah tersebut.
"Tiga SD menumpang siswanya mengikuti simulasi ANBK di SD Cipeundeuy 2 karena terkendala fasilitas komputer dan laptop. Kebetulan di sini ada 15 laptop yang bisa digunakan," kata Proktor Simulasi ANBK di SD Cipeundeuy 2 Muhamad Nurdin, Selasa (18/10/2022).
Muhamad Nurdin menyatakan, kendala fasilitas komputer hampir banyak terjadi di sebagian besar sekolah. Selain itu dibeberapa wilayah pelosok biasanya jaringan internet juga jadi kendala. Padahal ANBK ini nge-linknya langsung ke pusat, sehingga harus didukung dengan fasilitas dan jaringan yang memadai.
Banyaknya siswa yang ikut simulasi ANBK di SD Cipeundeuy 2 membuat pelaksanannya dilakukan tiga sesi dalam sehari. Yakni mulai dari pukul 07.30-10.00 WIB, dilanjutkan pukul 10.30 - 13.00 WIB, dan terakhir pukul 13.30-16.00 WIB. Setiap sesi hanya bisa diikuti oleh 15 siswa sesuai dengan laptop yang tersedia.
"Ini juga dari 15 laptop yang dipakai, enam di antaranya pinjam ke SMP Cipeundeuy. Padahal mestinya ada 30 laptop bagi siswa untuk ANBK yang mengacu pada Peraturan Kepala BSKAP Kemendikbudristek Nomor 013/H/PG.00/2022, tentang Prosedur Operasional Standar Penyelenggaraan Asesmen Nasional 2022," ujar Muhamad Nurdin.
Dia melihat penyelenggaraan ANBK di tahun kedua ini masih belum maksimal dari sisi infrastruktur sarana prasarana dan kesiapan dari siswanya. Sehingga ketika program ini akan kembali di gelar tahun depan maka persiapannya harus benar-benar matang. Apalagi sebagai Proktor dirinya juga harus sampai larut malam menyiapkan semua perangkat yang dibutuhkan.
Kemudian, lanjut pengajar di SD Margalaksana Cipeundeuy ini, antara pendamping sebagai pengawas harus satu paham dengan penyelenggara dan Proktor sehingga bisa saling menunjang. Penyetaraan kemampuan guru juga harus dilakukan, dengan memfasilitasi mereka dengan tablet dan pulsa, namun tahun ini justru bantuan itu malah jadi tidak ada.
"ANBK ini kan jadi penilaian mutu bagi sekolah dari guru dan siswa yang nantinya bisa jadi salah satu penilaian untuk badan akreditasi sekolah masing-masing oleh pusat," tuturnya.
Editor: Agus Warsudi